Monday, October 30, 2017

Celoteh Satu


Oke Baik, berhubung teh ada yang marahin abdi gegara ngeblog yang gak penting mulu. Malam ini abdi mau sharing aja tentang topik yang rada-rada serius, bukan rada serius ding, tapi topik yang rada horor. Hahah. Yupz..., ini teh topik tesis. Tolong dibantu doanya ya biar mudah ini ngerjainnya dan selesai tahun 2018. Kasian atuh yang nunggui mau ijab sah malah gak jadi-jadi.
Jadi topik tesisnya adalah

.......
.........
..................
...............................
.................................................
.................................................................
......................................................................................
..............................................................................................
...................................................................
..................................................
...............................
...................
...........
......

Pokoknya segitu lah ya kira-kira penjelasannya
Hadeuh, mau ngetiknya aja udah berat ya
Gak jadi aja deh ya
Mendingan tidur
Lelah abdi mah
Share:
Continue Reading →

Sunday, October 29, 2017

Sebuah Harap

Rabb..
Jika di dunia ini hamba terpisah jauh dari orang-orang yang sangat hamba sayangi
Maka izinkan kami berdekatan di surga-Mu kelak

Rabb..
Jika di dunia ini hamba harus menahan rindu yang menahun 
Maka izinkan kelak rindu ini berbuah manis di surgamu

Rabb..
Dunia-Mu hanya sementara
Tapi akhirat-Mu kekal

Rabb..
Biarkan rindu yang fana ini hanya sementara
Namun terjawab dengan keindahan abadi
Di SurgaMu 


Bogor-Plasma Library
Monday 09.38 a.m.


Share:
Continue Reading →

Sebuah Doa

Saat kamu rindu, doakanlah ia yang kamu rindukan 
Agar hidupnya selalu baik-baik saja

Bisa jadi
Melalui doa-doamu
Hidupnya menjadi semakin lebih baik

Bisa jadi
Melalui doa-doamu
Hidupnya menjadi semakin berkah

Bisa jadi
Banyak kebaikan yang mungkin kamu tidak sadari
Terjadi berkat doa-doamu

Maka doakanlah
Doakanlah

Dan
Semoga Allah menyampaikan rindumu

Plasma Library
Monday
09.31 a.m.
Share:
Continue Reading →

Saturday, October 28, 2017

Anaku-Kelak

Kebun Raya Bogor

Anaku-Kelak.
Mungkin kamu akan banyak merasakan kesedihan.
Mungkin kamu akan mendapati banyak kekurangan.
Mungkin kamu akan mendapati banyak ketidaksempurnaan.

Kamu kadang-kadang akan merasakan ketidakadilan atas keadaan,
atas sesuatu yang belum atau tidak kamu miliki.
Akan banyak anakku, akan banyak yang akan kamu lalui.
Yang manis, yang pahit.

Yang paling menyakitkan adalah
kamu bisa jadi menyesal telah dilahirkan oleh seorang perempuan seperti Ibu.
Perempuan yang tidak kaya, tidak juga cantik, bukan juga dari keluarga bangsawan,
apalagi keluarga konglomerat.
Ibu hanya perempuan biasa, ilmupun hanya seujung.

Akan banyak ketidakcocokan yang kamu temui, nak.
Mungkin ketidakcocokan karena karakter kita jauh berbeda.
Ketidaksukaan atas aturan-aturan ibu nantinya.
Ketidaksejalanan harapanmu dengan harapan ibu.
Termasuk pilihanmu dan pilihan ibu akan masa depan.

Ibu takut nak, takut.
Takut kalau-kalau karakter ibu nantinya adalah sesuatu yang kamu takuti
Takut kalau-kalau ibu tidak sempurna dalam menjagamu
Takut kalau-kalau kamu nantinya akan lebih dekat dengan sosok lain
Takut kalau-kalau kamu memilih jalan yang salah
Takut kalau kamu jauh dari Allah
Takut kalau-kalau kamu tergerus pergaulan zaman global

Ibu terlalu takut
Maka, izinkan ibu sedikit lebih lama lagi menjemputmu Nak
Agar pendamping kita nantinya adalah sosok yang dapat menjaga buah hatinya
Yang dapat saling menguatkan dalam mendidikmu
Yang berkarakter kuat menuju surga Allah
Yang mencintai majelis ilmu

Tunggu ibu ya nak,
Ayahmu sedang didandan oleh Allah pencipta kita.
Allah juga sedang ingin mendidik ibu untuk bersabar
Agar nantinya kamu terlahir menjadi sosok yang senantiasa bersyukur atas kami berdua

Tunggu ibu ya nak
Kita akan bertemu diwaktu yang tepat
Lalu kembali menuju surga Allah bersama-sama.
Amin-Insya Allah  

Puisi By Ega,
Bogor 28/10/2017
19:11 WIB
[Semoga kita bertemu di ruang nyata]
Share:
Continue Reading →

Wednesday, October 25, 2017

Dasar Manusia


Kadang kadang manusia itu aneh,
Dia yang gak mampu,
Dia yang gak siap,
Eh dia juga yang nyalahin orang lain
Eh dia juga yang bilang orang lain gak siap. 

Loh, manusia kok gitu

Ya itu tadi, namanya juga manusia
Manusia oh manusia
Kadang memang aneh
Dan rada rada sampai seperti sakit jiwa.

Oke deh, biarin lah yang kayak gitu manusia manusia yang aneh saja
Asal aku jangan
Asal kamu juga jangan
Jangan begitu
Kita manusia kuat
Bukan manusia aneh

Semoga kita bertemu di ruang nyata 
(Ega)
Share:
Continue Reading →

Uang Kembalian dan Perempuan Bercadar

Me

Sore sore sedikit mendung
kuputuskan rehat sejenak dari aktivitas mengerjakan tesis yang menggalaukan. keluar ke area pertokoan depan gang menjadi pilihanku sore ini.

Ah, mendung
cari ya anget anget kayaknya asyik

Tertujulah pandnagan ini ke salah satu gerobak kecil, tak beratap. Hanya ada satu pemuda yang tengah berbicara dengan pembelinya. Ya, tukang susu jahe. Tetiba saya teringat Jogja yang salah satu minuman favorit di angkringan adalah susu, atau sesekali saya juga suka susu jahe.

Oke, Well. Kuputuskan untuk membeli susu jahe anget ini segelas untuk dibawa pulang. Satu yang sangat berkesan bagi saya adalah cara pemuda tadi mengembalikan "uang sisa", sangat merunduk, sudah seperti rukuk mungkin. Ia membungkukkan badan dengan sopan sembari menunduk dan mengembalikan uang sisa kepada saya.

Waduh, sopan sekali penjual ini
cara dia memperlakukan pembelinya memang seperti raja
dan saya tersentuh

Sambil berlalu saya bergumam, masih ada rupanya laki-laki yang menjaga sopan santun begitu. "semoga dagangannya laris manis". Doaku dijalan pulang.

Kejadian itu menjadi tanda tanya bagi saya
1. Apa memang beliau sang penjual itu memiliki sikap dan sopan santun yang baik?
2. Atau jangan-jangan karena pakaian saya yang sedikit lebih berbeda dari biasanya, ya, saya pakai jilbab hingga ke lutut dan tak lupa saya mengenakan masker.

Keduanya baik,
tetapi pertanyaan nomor dua menjadi poin khusus bagi saya.
Yang tertutup itu memang lebih di hormati. 

Semoga kita bertemu di ruang yang nyata [Ega]
Share:
Continue Reading →

Tuesday, October 24, 2017

How could be?


How could be we still always blaming the victim? 
Do not think that what we choose is depend on others. 
No, all we choose is depend on our self. 
And Allah as the creator of this world. 

How can? How could? Why we still blame others?
Never
Never again

It is not wrong that i am a woman
It is not wrong if ....
It is not wrong that i am....
It is not wrong that....
It is not wrong that.....
It is not a mistake that....
It is not a bad one if i.....

After all this explanation? Are we still blaming all that have occur in our life?
After all the situation, why we still blaming others?

All choose is ours
All choose is in our hand
All choose in our heart
All choose is, in our mind
But, all choose is Allah rights

Do not affraid, Allah always be the one who always patient. 
Cheersss

Share:
Continue Reading →

Monday, October 23, 2017

Mom


With all this situation occur in my life, i know that your support is always with me. Mam, how can you still strong after all sickness hurt your heart? After all the time you stay away from all your daughter. I know, actually this is not what you want. But, for the better life of all, you never doubt about a long distance. Keep my mother in your hand, God. 
Share:
Continue Reading →

Sunday, October 22, 2017

Insight Pagi Ini

Saat fajar di Dramaga

Ah ya, benar sekali dan jadi insight pagi hari. Simak ya, tulisan Rhenald Kasali. Intinya adalah creative thinking, bukan stagnan dan jalan ditempat. Biar gak kegilas ama jaman yang makin edan ini.


Pa jaaang tulisan berikut ttp bermanfaat 👇🏽👇🏽

INI PEKERJAAN YANG AKAN HILANG AKIBAT “DISRUPTION”


By Rhenald Kasali

Rabu, 18 Oktober 2017 | 06:00 WIB


Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah.



Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda.



Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016).



Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?”



*Otot Diganti Robot*

Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift.


Tak hanya di pelabuhan, di supermarket pun anak-anak muda beralih dari tukang panggul menjadi penjaga di control room. Itu sebabnya negara perlu melatih ulang SDMnya secara besar-besaran dan menyediakan pekerjaan alternatif seperti pertanian atau jasa-jasa lain yang masih sangat dibutuhkan.



Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya.



Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api.



Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet).



Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi.



Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri.



Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul.



Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang.



Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini.



*Pekerjaan-pekerjaan Baru*

Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman.


Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan  rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin.



Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya.



“Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya.



“Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middleman seperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix.



Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera.



Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional.



Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya.



Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh.



Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya.



Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya.



Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit.



Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang.




Jangan Tangisi Masa Lalu

Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi.  Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK.


Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online.



Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send.



Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek.



Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman.



Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup.



Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan).
Share:
Continue Reading →

Habis Sehabis-Habisnya

10.21 p.m
Kopiku malam ini sudah habis segelas
sama seperti harapanku padamu,
sudah habis
habis sehabis-habisnya

Bagaimana tidak? bukankah memang berharap padamu bukanlah sesuatu yang elok?
Ya, pengharapan itu sudah seharusnya tidak tertuju pada manusia seperti kamu. Tetapi tertuju pada yang maha pencipta tanpa ada sedikitpun keraguan, tanpa ada sedikitpun ketakutan.
Ketakutan dimasa depan yang belum tentu terjadi.
Ketakutan yang melahirkan ketidakberanian

Share:
Continue Reading →

Friday, October 20, 2017

Jangan Khawatir


_Edisi Motivasi_
🌷 *Jangan Khawatir*🌷
-----(disadur dari buku Laa Tahzan)-----

🌻 Manusia kadang-kadang disibukkan dengan pikiran mereka sendiri. Pikiran tentang masa depan yang belum pasti bentuk dan waktunya. Pikiran tentang karir, jabatan, penghasilan, jodoh dan segala hal yang belum tentu akan terjadi. Pikiran tersebut berdampak pada kesibukkan yang tiada artinya, yakni mengkhawatirkan masa depan dan berangan-angan yang jauh. 

🌍 Allah _subhanahu wata'ala_ telah memberikan tanda-tanda alam tentang ini. Bahwa buah-buahan akan masak pada waktunya, bahwa bayi dalam kandungan ibu akan terlahir pada saatnya, termasuk pada metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu. Ia melewati tahapan demi tahapan yang telah ditakdirkan Allah. Terjadi tanpa perlu dipercepat atau diperlambat. 

🍀 Masihkah belum cukup tanda-tanda tersebut? 
Allah _subhanahu wata'ala_ juga berfirman dalam Qs. An-Nahl : 1 *Telah pasti datangnya ketetapan Allah, maka janganlah kamu meminta agar disegerakan datangnya.*

🌹 Hari esok adalah misteri. Tidak sepantasnya kita berpikir terlalu jauh dan mencemaskan hal-hal yang belum nyata, belum berwujud, dan tidak memiliki rasa dan warna. Tidak sepantasnya kita mengkhawatirkan sesuatu yang buruk yang belum tentu terjadi pada diri kita. Tidak sepantasnya juga kita meramalkan tentang apa yang akan terjadi pada diri kita dimasa depan. 

🌻Kita tidak perlu berpikir tentang kecemasan-kecemasan dunia soal kelaparan, kemiskinan, kesedihan dan wabah penyakit yang belum tentu terjadi. Karena hal tersebut adalah tipuan setan agar manusia terlalaikan dari berbuat kebaikan dan sibuk dengan mengkhawatirkan masa depan. Ibarat sebuah perjalanan, tidak sepantasnya kita menyebrangi jembatan sebelum sampai diatasnya. Bahkan kita tidak pernah tahu apakah kita akan sampai pada jembatan itu. Bisa jadi, mautlah yang lebih dulu menjemput kita. Maka, janganlah mengkhawatirkan masa depan yang masih berada dialam gaib dan belum turun ke bumi. 

🌼 Allah berfirman  :
_*Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia (Qs. Al-Baqarah : 268)*_

*Janganlah mengkhawatirkan hari esok, biarkan masa depan datang dengan sendirinya dan hindarilah angan-angan yang berlebihan*

📝 _Megafirmawanti Lasinta_
 ___________________________________

Ikuti Media Sosial Kami:
*@kkmmipb*
#Instagram
#Twitter
#Facebook
#Telegram
____________________________________

📚 *Belajar Al-Quran dan Islam Intensif, Contact Person (WA/SMS):*
Laki-laki: 081282800282
Perempuan: 085242263010
Share:
Continue Reading →

Monday, October 16, 2017

Mau sampai kapan?

 

Sampai kapan? Sampai kapan kita bertahan dengan ego duniawi. Sampai kapan? Sampai kapan kita memaksakan keinginan kita pada orang lain. Sampai kapan? Sampai kapan kita memaksa anak anak kita untuk seia dan sekata dengan keinginan kita. Sampai kapan? Mau sampai kapan? 
Share:
Continue Reading →

Tuesday, October 10, 2017

Waiting For

Siang dikampus sembari nunggu pembimbing

Cerita sedikit ya, lagi lagi masih seputar my beloved thesis. Hari ini emang udah janjian sama pembimbing mau ketemu jam sembilan pagi. Eh, beliau ngubah jadwal jadi jam tiga sore. Jadilah perpus sebagai tempat yang paling asyik untuk menunggu. Alhasil, pukul tiga sore pun tiba dan beliau juga minta di reschedule untuk bertemu pada esok hari saja pukul 09.00. Ahaha. Alhamdulillah, walau di reschedule dosen saya sangat kooperatif mengabari tentang jadwal yang berubah rubah. Saya paham beliau sibuk. 

Tapi, ngomong ngomong tentang menunggu. Menunggu itu kadang kadang asyik, kadang kadang juga ngebosenin. Asyiknya kalau pasti yang ditunggu kapan mau dateng, atau paling enggak ngasih kabar kapan mau dateng. Ngeboseninnya kalau yang ditunggu gak ngasih kabar. 

Nah nah nah ini nih. 
Terlepas dari semua kalimat kalimat diatas, menunggu yang paling asyik sebenarnya adalah menunggu ketetapan Allah tentang hal yang kita anggap serius di dunia ini. To the poin aja deh ya, misalnya nunggu jodoh dari Allah. Kita mah gak tau kan kapan waktunya bakal dateng, kapan jodoh bakal ngehalalin kita. Saat saat begini ini adalah saat yang tepat untuk sering sering beromantis ria dengan Allah. Kenapa? Biar menunggunya gak terasa lama. Biar kita bahkan sampe lupa kalau kita lagi nungguin jodoh. 

Jangan sampai terjadi, kita ngerasa lagi nunggu seseorang (artinya lagi ngarep ke manusia), eh yang ditunggu gak dateng2. Atau jangan sampai juga kita ngerasa lagi ditungguin orang (kalau ini kegeeran banget), eh padahal orangnya gak lagi nungguin kita. Kalau yang kita harapin gak datang2, ya kecewa dong, sedih dong. Makannya, nunggunya nunggu Allah aja. Sembari tetap berdoa, berusaha. Berdoa diberi jodoh terbaik. Berusahanya juga dengan cara terbaik. Bukan dengan mengumbar rindu dan kebaperan pada manusia. 

Maka jika dirasa siap, jangan lama lama menunggu. Namun jika merasa belum siap. Nikmatilah menunggu dengan mendekat pada Allah, sampai pada titik kita lupa bahwa sedang menunggu. See yah.
Semoga kita bertemu diruangn nyata. 
Ega
Share:
Continue Reading →

Sunday, October 8, 2017

Pelukan Allah


Kawan, masih bisa mengingat gak gimana rasanya dipeluk orang tua, teman baik, atau siapapun itu? Kadang kalo kita lagi ada masalah, lagi penat, pelukan itu bisa menghangatkan. Mencairkan hati yang sedang panas, membuat meleleh. Bahagia kan? Itu pelukan manusia. 
Bagaimana dengan pelukan Allah? 

Kita memang belum pernah bertemu dengan Allah, (semoga kita termasuk yang bisa melihat wajah Allah di surga kelak, amin). Kita juga tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana wujud Allah sesungguhnya. Tapi kita bisa kan merasakan kasih sayangnya? 

Dan soal pelukan, coba rasakan, bagaimana kenyamanan saat manusia memeluk kita, pelukan Allah pasti akan lebih menenangkan. Usapan Allah di kepala kita pasti akan lebih menghangatkan. Ya, maka untuk apa kita mencari-cari manusia atas masalah yang tengah melanda kita? Padahal kita punya Allah, yang bahkan kasih sayangnya melebihi kasih sayang orang tua kita. Mencari solusi pada manusia sah sah saja. 
Tapi, 
Allah dulu,
Allah dulu,
Allah dulu. 

Termasuk soal rindu. Jika rindu, mari sampaikan rindu ke Allah. Karena Rindu Allah pasti lebih besar. Allah lebih rindu pada kita dibandingkan rindu kita pada manusia. Maka mana yang akan kita pilih, menyampaikan rindu pada yang maha memberi "rasa rindu", atau mengumbar rasa rindu pada yang "mungkin tidak merindu". 

Lahaula wala quwwata illa billah.
Semoga kita bertemu diruang yang nyata 
(Ega)
Share:
Continue Reading →

Saturday, October 7, 2017

Perempuan dan Memasak

Nasi goreng ala ala, alhamdulillah Bogor gak banjir, xixixi

Pagi pagi buta perut saya keroncongan. Bagaimanapun saya perempuan, maka saat pagi buta dengan perut keroncongan, dapur adalah sebaik baik tempat yang perlu ditengok. Seriously, yang kenal siapa saya mungkin akan kaget. Ega masak? Ah, lupakan. Yang penting foto nasi goreng diatas itu murni buatan saya tanpa rekayasa apapun. Rasanya enak kok, sampai ludes saya melahapnya, mungkin karena lapar kali yah. 

Well well, tentang memasak. Saya termasuk perempuan yang sempat pernah anti dengan aktivitas memasak. Dalam pandangan saya, ya perempuan gak harus pintar masak kok, anggapan bahwa perempuan akan kembali kedapur selalu saya tepis. Ya, saat itu mungkin bacaan saya adalah tentang kritik kritik feminisme. Bahwa perempuan memiliki potensi lebih dan bukan hanya sekedar diruang domestik semata. Bukan hanya soal memasak saja. Waktu itu saya menyengaja diri untuk terlibat dalam aktivitas aktivitas publik. Seperti bergabung dalam organisasi-organisasi perempuan, dan organisasi yang jelasnya tidak akan membahas, "kamu pintar memasak atau tidak". Saya menikmati itu, bangun pagi gak perlu berpikir tentang "mau masak apa hari ini". Yang ada di pikiran saya adalah "mau pergi kemana hari ini?". Iya, waktu itu saya mikirnya begitu. Makannya kalau dihitung, sepertinya hanya beberapa kali saya memasakkan sesuatu untuk orang lain. 

Namun lambat laun, seiring dengan waktu yang semakin berjalan. Saya mulai sadar. Bahwa perihal masak memasak ini juga perlu diperjuangkan. Bahwa perihal masak memasak adalah seni memainkan peran perempuan dalam menentukan otoritasnya. Saya jadi teringat pelajaran dalam suatu training dari teolog feminis di Yogyakarta. Saya ingat betul, waktu itu beliau menjelaskan; justru dalam perihal memasak itu perempuan bisa melakukan deal deal politik. Coba lihat saja, biasanya obrolan obrolan penting justru selesai di meja makan. Lahirlah celoteh, makannya kita perempuan, kalau mau menyelesaikan proyek tertentu, memasaklah untuk orang orang penting di proyek tersebut. Hahaha. (yg ini hanya guyonan ya, janga dipikir serius). 

Ya, lalu saya berpikir. Ia, benar juga ya. Yuk ah memasak. Biar banyak deal deal yang bisa dilakukan. Termasuk deal dengan hati kamu. Hahaha. Aish, ini terlalu rasional sepertinya ya. Masa untuk memutuskan memasak atau tidak perlu berpikir sejauh ini, soal otoritas lah, soal deal deal segala lah, padahal masalah utamanya cuma satu sih. Saya memasak karena saya lapar.
Udah gitu aja. 

See yah, semoga kita bertemu diruang nyata. (Ega)
Share:
Continue Reading →

Bongkah Yang Merekah


Biasanya, yang merekah itu bunga, yang berbentuk bongkahan itu batu.
Namun dalam alunan cerita ini, bisakah kita ibaratkan diksi-diksinya dengan perihal lain?
Anggap saja tentang hidup. Karena kemanapun kita menggerakkan jemari,
yang sepuluh ini hanya akan mengalunkan kata tentang kehidupan.
Maka mari temukan diksi yang berbeda dalam ruang yang nyata.
Sudah? Baik!

------

Bongkahan itu masih kuat melekat antar bagiannya, satu sama lain. Kail-kail saling mengeratkan ikat-ikatannya. Menutup setiap celah, bahkan untuk satu serpihan debu sekalipun. Ah, saya tetiba membayangkan sebuah ruangan gelap yang kedap udara. Tidak ada sirkulasi, pengap. Tidak ada yang datang. Tidak ada yang pergi. Tidak ada dinamika. Semua kaku, tanpa suara. Hampa.

Kamu sehat?
Sehat! Tapi hampir setiap malam aku tak bisa tidur memikirkan keadaanku esok hari!
Kenapa?
Aku takut bertemu dengan manusia!
Karena apa?
Karena kadang-kadang aku tak bisa menjawab pertenyaan mereka!
Pertanyaan tentang apa?
Apapun! Aku merasa tidak diperhatikan. Aku merasa tak terlihat dihadapan mereka.
Bagaimana bisa?
Entahlah! Ya begitulah.

Begitu kira-kira, dialog dalam sebuah ruang kosong. Berbicara sendiri tanpa terdengar, bahkan oleh dinding-dinding bisu. Merasa terasing padahal tidak asing. Merasa sendiri sementara dalam ramai. Apa sebenarnya bongkahan itu? Mengapa ia hanya bisa mengisi ruang hampa saja. Sesuatu yang tidak pernah diinginkan oleh satu manusia kecuali mereka yang ingin mati tanpa udara. Tapi. Nyatanya ada. Yang membongkah ditengah-tengah kehampahan itu, ada.
Lalu, apa sebenarnya ia?

Well. Sesuatu seringkali selalu berawal, dan akan berakhir. Sebuah bongkahanpun sama. Selalu ada yang membentuknya. Dan mari kita sebut yang membentuk itu adalah masa lalu. Ada apa dengan masa lalu? Seberapa burukkah ia sampai-sampai yang berbongkah itu tak bisa bergerak dan hampir mati kaku pada tempatnya? Tentang apa hingga yang berbongkah itu tidak dapat merekah selayaknya bunga di taman-taman? Tentang apa?

Kamu pernah berefleksi?
Pernah, tapi tidak seintens kamu
Apa yang kamu refleksikan?
Ya banyak, yang paling penting adalah tentang kepercayaan diri dan bagaimana agar yang berbongkah ini bisa merekah.
Lalu apa hasilnya?
Masih biasa saja, sama, masih penuh ketakutan. Tolong Aku ya. Aku butuh kamu.
Agar yang berbongkah-bongkah selama ini bisa merekah, bisa mekar. Aku juga ingin seperti kamu. Merekah dan mekar meski berada dipadang tandus dan gersang. Aku ingin kuat seperti kamu yang selalu terlihat baik-baik saja ditengah terpaan badai kehidpanmu yang bisa dibilang tidak mudah. Tolong saya ya.
Ya, tentu saja pertolongan itu akan selalu datang. Asal kamu sendiri ingin merekahkan yang berbongkah itu. Asal kamu sendiri yang mau berubah. 

-----
Selesai
Share:
Continue Reading →

Wednesday, October 4, 2017

Ampas Ampas Kopi Sore ini

Hujan datang tiba-tiba.
Sudah beberapa hari ini ia turun membasahi jalanan. Mungkin, lewat hujan yang berhari-hari ini, Allah sekaligus ingin menghapus dosa-dosa para pendosa. Atau sekedar menghibur hati-hati yang penuh duka. Atau yang lebih unik lagi, hujan ini ngebetahin orang-orang untuk tetap dikamar dan menengok apa yang biasa disebut, Tesis. 

Kamu termasuk yang mana?
Atau tidak termasuk yang mana?
Ah ngawur, ini hanya celotehku saja. Jangan dianggap serius untuk dijawab.

Segera kuseduh kopi pemberian seorang abang dari Aceh. Mungkin karena beberapa hari lalu adalah hari kopi, siang tadi ia memberiku kopi gratis. Atau mungkin kopi ini adalah tanda pertemanan yang telah hampir dua tahun terjalin. Siapa yang akan menolak diberi kopi original dari tangan petaninya langsung? Tentu tidak ada, kan?

Aceh punya cerita khusus dalam pikirku. Mulai dari teman kos Jogja yang Aceh tulen, sampai detail cara mereka menyeruput kopi. Ssssrrruuuppppp......ah, srrruuuupppp......ah, begitu salah seorang kawan perempuan menikmati kopinya. Katanya kurang nikmat terasa tanpa desahan “ah..” disetiap kopi yang ia teguk. Sungguh unik, dan bagiku itu mengejutkan sekaligus menggelikan. Tapi ini local wisdom. Jangan sampai pudar. 

Sebut saja namanya Umi. Dulu sewaktu kami bersama di Yogyakarta, hampir setiap pagi ia menyeduh kopi Aceh. Itulah mengapa Aceh dan kopi-kopinya tak asing ditelingku. Tak asing dalam kecapan lidahku. Termasuk bagaimana tentang ampas-ampas kopi itu bersisa dalam gelas hingga mencapai bagian yang paling cekung.

Ngomong-ngmong soal ampas. Apa ia akan selalu berada dibagian bawah? Terletak pada bagian gelas yang jarang tersentuh orang. Lalu apa istimewanya ampas? Ia adalah sisa, tak dilirik, bahkan mungkin tak bernilai.

Ampas kopi

Eh, tunggu dulu. Rupanya sore ini ada sesuatu yang berbeda. Ampas tidak selamanya berada pada bagian bawah sebuah gelas. Ia kadang bergelantung diperut gelas. Dan bahkan menjadi penghias agar hidup tidak polos-polos amat. Agar gelas tidak bening-bening amat. Coba lihat. Dalam gelas yang kuletakkan pada meja ini. Ternyata ada ampas kopi yang membuatnya lebih menarik dan menggelitik untuk dipotret.

Jadi, seampas-ampasnya ampas.
Ia tetap memiliki sisi yang menarik.
Setuju gak? Maafkan tulisan tentang ampas ini.
Hanya celoteh saja sembari menetralisir ketegangan otak gegara Tesis. Semoga kita bertemu diruang nyata [Ega].

Kopi aceh ini nikmat, diseduh tanpa gula. Tapi tak ada sedikitpun pahit. Mungkin karena yang meminumnya sudah manis. Apaan sih ini?haha
Share:
Continue Reading →

Sunday, October 1, 2017

Kita dan Persepsi


Sebenarnya,
Adakah manusia yang benar-benar memiliki niat untuk saling menyakiti? Jawabnya tentu tidak.

Percayalah.
Bahwa tidak ada satu orangpun yang dengan sengaja, yang dengan kesadarannya, yang dengan niat yang benar-benar ia yakini, bermaksud menyakiti manusia lain, apalagi sosok yang ia sayangi sepenuh hati.

Seorang ibu misalnya, tak sedikitpun terbersit dihatinya untuk menyakiti anaknya. Adapun jika terjadi perselisihan sedikit saja, itu hanyalah karena keadaan yang mungkin ia sendiri tidak ingin berada dalam keadaan itu. Dan, karena persepsi sang anak yang menangkap perselisihan itu sebagai sesuatu yang menyakitkan. Sebaliknya, seorang anak, tak pernah terbersit sekalipun dalam benaknya untuk menyakiti orang tuanya. Kalaupun terjadi suatu perbedaan, mungkin itu hanyalah persoalan keadaan. Atau karena mimpi anak dan kedua orang tuanya yang tidak lagi sama.

Semua manusia, semua orang, semua saudara dan semua sosok yang pernah singgah dalam hidup kita, tentunya akan memiliki sikap yang sama. Tidak pernah berniat menyakiti hati saudaranya. Kalaupun terjadi, mungkin itu hanyalah sebuah ketidaksengajaan. Atau ketidaksadarannya atas sikap yang ternyata menyakitkan bagi orang lain.

Maka tugas kita adalah menjaga persepsi kita sendiri untuk tidak berpikir yang negatif tentang orang lain. Untuk tidak berpikir bahwa kita “disakiti”, untuk tidak berpikir bahwa kita adalah “korban perasaan”. Dan untuk tetap berpikir bahwa manusia penuh dengan ketidaksengajaan dan ketidaksadaran. Sesuatu yang kita “anggap” menyakitkan bagi kita, bisa jadi adalah “kebahagiaan bagi orang lain”. Atau mungkin, konsep kebahagiaan kita memang berbeda. 

Jagalah persepsi, karena bahagia atau tidaknya hidup akan tergantung bagaimana kita memandang diri dan juga orang lain. Bahagia atau tidaknya hidup, tergantung pada persepsi. Mari jaga hidup untuk tetap sehat dengan pikiran yangtanpa prasangka. Jika telah berupaya dan masih saja sama, mungkin kita perlu menjauh dari orang-orang "yang memang tidak sadar bahwa ia tak pandai menjaga hidup dan perasaan orang lain".  

Semoga kita bertemu di ruang nyata [Ega] 
Share:
Continue Reading →