Biasanya, yang merekah itu bunga, yang berbentuk bongkahan itu batu.
Namun dalam alunan cerita ini, bisakah kita ibaratkan diksi-diksinya dengan perihal lain?
Anggap saja tentang hidup. Karena kemanapun kita menggerakkan jemari,
yang sepuluh ini hanya akan mengalunkan kata tentang kehidupan.
Maka mari temukan diksi yang berbeda dalam ruang yang nyata.
Sudah? Baik!
Anggap saja tentang hidup. Karena kemanapun kita menggerakkan jemari,
yang sepuluh ini hanya akan mengalunkan kata tentang kehidupan.
Maka mari temukan diksi yang berbeda dalam ruang yang nyata.
Sudah? Baik!
------
Bongkahan itu masih kuat melekat antar bagiannya, satu sama lain. Kail-kail saling mengeratkan ikat-ikatannya. Menutup setiap celah, bahkan untuk satu serpihan debu sekalipun. Ah, saya tetiba membayangkan sebuah ruangan gelap yang kedap udara. Tidak ada sirkulasi, pengap. Tidak ada yang datang. Tidak ada yang pergi. Tidak ada dinamika. Semua kaku, tanpa suara. Hampa.
Kamu sehat?
Sehat! Tapi hampir setiap malam aku tak bisa tidur memikirkan keadaanku esok hari!
Kenapa?
Aku takut bertemu dengan manusia!
Karena apa?
Karena kadang-kadang aku tak bisa menjawab pertenyaan mereka!
Pertanyaan tentang apa?
Apapun! Aku merasa tidak diperhatikan. Aku merasa tak terlihat dihadapan mereka.
Bagaimana bisa?
Entahlah! Ya begitulah.
Sehat! Tapi hampir setiap malam aku tak bisa tidur memikirkan keadaanku esok hari!
Kenapa?
Aku takut bertemu dengan manusia!
Karena apa?
Karena kadang-kadang aku tak bisa menjawab pertenyaan mereka!
Pertanyaan tentang apa?
Apapun! Aku merasa tidak diperhatikan. Aku merasa tak terlihat dihadapan mereka.
Bagaimana bisa?
Entahlah! Ya begitulah.
Begitu kira-kira, dialog dalam sebuah ruang kosong. Berbicara sendiri tanpa terdengar, bahkan oleh dinding-dinding bisu. Merasa terasing padahal tidak asing. Merasa sendiri sementara dalam ramai. Apa sebenarnya bongkahan itu? Mengapa ia hanya bisa mengisi ruang hampa saja. Sesuatu yang tidak pernah diinginkan oleh satu manusia kecuali mereka yang ingin mati tanpa udara. Tapi. Nyatanya ada. Yang membongkah ditengah-tengah kehampahan itu, ada.
Lalu, apa sebenarnya ia?
Well. Sesuatu seringkali selalu berawal, dan akan berakhir. Sebuah bongkahanpun sama. Selalu ada yang membentuknya. Dan mari kita sebut yang membentuk itu adalah masa lalu. Ada apa dengan masa lalu? Seberapa burukkah ia sampai-sampai yang berbongkah itu tak bisa bergerak dan hampir mati kaku pada tempatnya? Tentang apa hingga yang berbongkah itu tidak dapat merekah selayaknya bunga di taman-taman? Tentang apa?
Kamu pernah berefleksi?
Pernah, tapi tidak seintens kamu
Apa yang kamu refleksikan?
Ya banyak, yang paling penting adalah tentang kepercayaan diri dan bagaimana agar yang berbongkah ini bisa merekah.
Lalu apa hasilnya?
Masih biasa saja, sama, masih penuh ketakutan. Tolong Aku ya. Aku butuh kamu.
Agar yang berbongkah-bongkah selama ini bisa merekah, bisa mekar. Aku juga ingin seperti kamu. Merekah dan mekar meski berada dipadang tandus dan gersang. Aku ingin kuat seperti kamu yang selalu terlihat baik-baik saja ditengah terpaan badai kehidpanmu yang bisa dibilang tidak mudah. Tolong saya ya.
Pernah, tapi tidak seintens kamu
Apa yang kamu refleksikan?
Ya banyak, yang paling penting adalah tentang kepercayaan diri dan bagaimana agar yang berbongkah ini bisa merekah.
Lalu apa hasilnya?
Masih biasa saja, sama, masih penuh ketakutan. Tolong Aku ya. Aku butuh kamu.
Agar yang berbongkah-bongkah selama ini bisa merekah, bisa mekar. Aku juga ingin seperti kamu. Merekah dan mekar meski berada dipadang tandus dan gersang. Aku ingin kuat seperti kamu yang selalu terlihat baik-baik saja ditengah terpaan badai kehidpanmu yang bisa dibilang tidak mudah. Tolong saya ya.
Ya, tentu saja pertolongan itu akan selalu datang. Asal kamu sendiri ingin merekahkan yang berbongkah itu. Asal kamu sendiri yang mau berubah.
-----
Selesai
0 komentar:
Post a Comment