Wednesday, October 4, 2017

Ampas Ampas Kopi Sore ini

Hujan datang tiba-tiba.
Sudah beberapa hari ini ia turun membasahi jalanan. Mungkin, lewat hujan yang berhari-hari ini, Allah sekaligus ingin menghapus dosa-dosa para pendosa. Atau sekedar menghibur hati-hati yang penuh duka. Atau yang lebih unik lagi, hujan ini ngebetahin orang-orang untuk tetap dikamar dan menengok apa yang biasa disebut, Tesis. 

Kamu termasuk yang mana?
Atau tidak termasuk yang mana?
Ah ngawur, ini hanya celotehku saja. Jangan dianggap serius untuk dijawab.

Segera kuseduh kopi pemberian seorang abang dari Aceh. Mungkin karena beberapa hari lalu adalah hari kopi, siang tadi ia memberiku kopi gratis. Atau mungkin kopi ini adalah tanda pertemanan yang telah hampir dua tahun terjalin. Siapa yang akan menolak diberi kopi original dari tangan petaninya langsung? Tentu tidak ada, kan?

Aceh punya cerita khusus dalam pikirku. Mulai dari teman kos Jogja yang Aceh tulen, sampai detail cara mereka menyeruput kopi. Ssssrrruuuppppp......ah, srrruuuupppp......ah, begitu salah seorang kawan perempuan menikmati kopinya. Katanya kurang nikmat terasa tanpa desahan “ah..” disetiap kopi yang ia teguk. Sungguh unik, dan bagiku itu mengejutkan sekaligus menggelikan. Tapi ini local wisdom. Jangan sampai pudar. 

Sebut saja namanya Umi. Dulu sewaktu kami bersama di Yogyakarta, hampir setiap pagi ia menyeduh kopi Aceh. Itulah mengapa Aceh dan kopi-kopinya tak asing ditelingku. Tak asing dalam kecapan lidahku. Termasuk bagaimana tentang ampas-ampas kopi itu bersisa dalam gelas hingga mencapai bagian yang paling cekung.

Ngomong-ngmong soal ampas. Apa ia akan selalu berada dibagian bawah? Terletak pada bagian gelas yang jarang tersentuh orang. Lalu apa istimewanya ampas? Ia adalah sisa, tak dilirik, bahkan mungkin tak bernilai.

Ampas kopi

Eh, tunggu dulu. Rupanya sore ini ada sesuatu yang berbeda. Ampas tidak selamanya berada pada bagian bawah sebuah gelas. Ia kadang bergelantung diperut gelas. Dan bahkan menjadi penghias agar hidup tidak polos-polos amat. Agar gelas tidak bening-bening amat. Coba lihat. Dalam gelas yang kuletakkan pada meja ini. Ternyata ada ampas kopi yang membuatnya lebih menarik dan menggelitik untuk dipotret.

Jadi, seampas-ampasnya ampas.
Ia tetap memiliki sisi yang menarik.
Setuju gak? Maafkan tulisan tentang ampas ini.
Hanya celoteh saja sembari menetralisir ketegangan otak gegara Tesis. Semoga kita bertemu diruang nyata [Ega].

Kopi aceh ini nikmat, diseduh tanpa gula. Tapi tak ada sedikitpun pahit. Mungkin karena yang meminumnya sudah manis. Apaan sih ini?haha
Share:

0 komentar:

Post a Comment