kuputuskan rehat sejenak dari aktivitas mengerjakan tesis yang menggalaukan. keluar ke area pertokoan depan gang menjadi pilihanku sore ini.
Ah, mendung
cari ya anget anget kayaknya asyik
Tertujulah pandnagan ini ke salah satu gerobak kecil, tak beratap. Hanya ada satu pemuda yang tengah berbicara dengan pembelinya. Ya, tukang susu jahe. Tetiba saya teringat Jogja yang salah satu minuman favorit di angkringan adalah susu, atau sesekali saya juga suka susu jahe.
Oke, Well. Kuputuskan untuk membeli susu jahe anget ini segelas untuk dibawa pulang. Satu yang sangat berkesan bagi saya adalah cara pemuda tadi mengembalikan "uang sisa", sangat merunduk, sudah seperti rukuk mungkin. Ia membungkukkan badan dengan sopan sembari menunduk dan mengembalikan uang sisa kepada saya.
Waduh, sopan sekali penjual ini
cara dia memperlakukan pembelinya memang seperti raja
dan saya tersentuh
Sambil berlalu saya bergumam, masih ada rupanya laki-laki yang menjaga sopan santun begitu. "semoga dagangannya laris manis". Doaku dijalan pulang.
Kejadian itu menjadi tanda tanya bagi saya
1. Apa memang beliau sang penjual itu memiliki sikap dan sopan santun yang baik?
2. Atau jangan-jangan karena pakaian saya yang sedikit lebih berbeda dari biasanya, ya, saya pakai jilbab hingga ke lutut dan tak lupa saya mengenakan masker.
Keduanya baik,
tetapi pertanyaan nomor dua menjadi poin khusus bagi saya.
Yang tertutup itu memang lebih di hormati.
Semoga kita bertemu di ruang yang nyata [Ega]
0 komentar:
Post a Comment