Sunday, September 6, 2020

Teach Like Finland: Kemandirian (3/5)

Bismillahirrahmanirrahim...

Semoga kawan semua always healthy ya. Jangan lupa untuk lindungi diri dengan menutup aurat dan pakai masker, rajin cuci tangan serta hindari keramaian yang tidak perlu. 

Tulisan ini adalah part ketiga dari lima part yang akan saya tulis. Saya sendiri sedikit jenuh mengulas buku ini tiga hari berturut-turut, haha. Tetapi  karena ini penting bagi diri sendiri dan semoga juga bermanfaat bagi teman pembaca, maka tak apalah saya berjibaku dengan Teach Like Finland lagi sampai dua hari kedepan. hehe. 

Dalam tulisan ini, saya akan mengulas tentang poin ketiga yakni kemandirian. Lagi-lagi Walker kebingungan ketika dimasa awal ia mengajar di Finlandia. Ia bertanya pada rekan gurunya, kemana ia akan mengantar para murid sehabis pelajaran sekolah? Walker menanyakan hal tersebut karena di Amerika ia terbiasa mengantarkan murid-muridnya ke pintu keluar, yakni titik lokasi dimana anak murid akan dijemput dengan bus, mobil atau apapun, oleh orangtuanya. Tentunya rekan-rekan guru Walker kebingungan menjawab pertanyaan itu karena memang tidak ada kebiasaan seperti itu di Finlandia. 

Walker kemudian menemukan perbedaan. Ia menyimpulkan bahwa siswa-siswi di Finlandia lebih mandiri dibandingkan dengan yang ia temukan di Amerika. Satu hal yang menjadi jawaban Walker dalam dirinya adalah adanya kesempatan menjadi mandiri. Siswa-siswi di Finlandia terbiasa melakukan berbagai hal sendiri tanpa bantuan orang lain, inilah sebabnya siswa-siswi Finlandia lebih mudah memposisikan diri mereka sebagai seorang pembelajar. 

Menurut Walker, salah satu strategi menciptakan kemandirian adalah memulai dengan kebebasan. Kebebasan bisa saja terjadi dalam berbagai bentuk. Contoh sederhana adalah dengan memberikan keleluasaan kepada para murid untuk menentukan ide tentang proyek apa yang akan mereka laksanakan dalam tim kelas mereka. 

Ketika mengajar di Finlandia, Walker mendapatkan usulan dari salah satu siswanya agar kelas mereka membuat website kuis bernama Kahoot. Meski ide ini tidak disetujui Walker, namun demi tetap memberikan keleluasaan kepada para siswanya, Walker menjawab bahwa ide tersebut sebaiknya di bicarakan bersama di kelas etik. Dengan memberi jawaban demikian, maka Walker tetap memberikan kebebasan kepada siswanya dan tidak memberikan jawaban yang mengecewakan. 

Hal lain yang dapat membangkitkan kemandirian adalah dengan membuat rencana bersama antara murid dan guru. Kemandirian juga dapat diciptakan dengan membuat rencana tersebut menjadi nyata. Tidak hanya itu, menawarkan beberapa pilihan kepada para siswa juga dapat membantu mereka untuk menjadi mandiri, terutama dalam pengambilan keputusan. 

******* Refleksiku: kemandirian itu tidak hanya dilatih disekolah, tetapi juga di rumah oleh keluarga, dan di lingkungan sosial oleh masyarakat. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam hal ini, misalnya dengan membiarkan para siswa/anak berekspresi sesuai minat dan bakat mereka, tidak terlalu mengatur segala hal yang berkaitan dengan anak. Tidak mengekang. Dan tidak banyak memberikan larangan terhadap satu hal yang masih bisa di toleransi. Hal yang paling penting menurut saya sebagai pembaca buku ini adalah memberikan pengalaman langsung kepada anak/siswa agar mereka belajar langsung dari proses nyata yang terjadi. Jadi, jangan dikit dikit dianter, dikit dikit di bantuin, padahal sebenarnya mereka bisa melakukannya sendiri. 

Well, sampai disini dulu ya. Teman-teman guru pasti lebih paham bagaimana menciptakan kemandirian karena telah sering berhadapan langsung dengan para siswa di kelas-kelas di sekolah.  

Share:

2 comments: