Wednesday, September 2, 2020

Tak Masalah Menjadi Orang Introver



"Tak masalah menjadi orang introver" adalah buku karangan Sylvia Loehken, seorang trainer yang pada dasarnya introver namun dituntut lebih sering berbicara karena pekerjaannya. Menurut saya, buku ini menarik, karena lagi-lagi persoalan interaksi dengan sesama manusia itu tak lepas dan tidak jauh-jauh berkaitan dengan karakter atau personaliti. Dan, introver dan ekstrover adalah tipe kepribadian yang sudah sering kita dengar maupun baca penjelasannya dalam berbagai ceramah dan tulisan.

Tentunya saya tidak bermaksud mejelaskan panjang lebar apa itu introver dan ekstrover dalam tulisan ini (hehe), temen-temen dari psikologi yang lebih pantas untuk itu. Tapi yang terpenting menurut saya adalah bagaimana pemahaman tentang dua kepribadian ini menjadikan kita lebih peka terhadap diri sendiri dan orang lain. Bukankah indah hidup dengan harmoni sebab telah terjadi saling paham antar sesama? Lagi-lagi kaitannya dengan konsep komunikasi bahwa yang terpenting dalam interaksi adalah adanya mutual understanding atau pemahaman bersama antara orang-orang yang berkomunikasi tersebut. Teringat juga, dalam Alquran telah dijelaskan tentang bagaimana pemahaman bersama dalam komunikasi dapat tercapai, adalah melalui perkataan-perkataan yang baik, benar, dan juga menyentuh hati, (nanti cek sendiri ya, atau lain kali semoga bisa saya ulas dalam tulisan). Lalu, bagaimana caranya? Well, salah satu jalan agar mutual understanding ini bisa kita capai adalah dengan memahami kepribadian orang yang kita ajak berinteraksi.

Menurut Sylvia Loehken, yang terpenting adalah bukan tentang introver atau ekstrover itu sendiri, tetapi bagaimana agar jurang atau gap yang terjadi dari kepribadian berbeda ini bisa di minimalisir. Orang-orang introver perlu memahami bahwa ada kepribadian lain yang berbeda dengan mereka, dan itu tidak salah. Pun orang-orang ekstrover juga perlu menyadari bahwa selain mereka, ada teman-teman introver dengan tipe interaksi yang berbeda jauh, dan itupun tidak salah. 

Dari buku Sylvia Loehken ini, satu hal menarik dan penting adalah; bahwa orang-orang introver lebih menyukai suasana yang tenang, hening, dan jauh dari kegaduhan karena dalam suasana inilah energi positif mereka di recharge. Disisi lain, orang-orang ekstrover menyukai suasana yang hidup dan penuh energi karena dalam interaksi dengan orang lainlah kaum ekstrover ini bisa mendapat energi. Lalu, bagaimana jika dua kepribadian ini berada dalam satu atap? Bisa kebayang kan? hmmmm, setiap orang pasti bisa menemukan solusinya. Entah dengan cara mengalah atau saling terbuka tentang keinginan masing-masing agar bisa saling memahami. Kalau kamu, kira-kira akan mengambil sikap yang mana? pernah punya pengalaman soal ini? Share to me yaaa, mungkin kita bisa saling belajar. 

***Anyway, tambahan dikit, ternyata Introver dan ekstrover itu ada kadarnya, bisa jadi seseorang pada dasarnya introver namun masih memiliki sisi ekstrover (flexy introvert), dan bisa jadi ada orang yang pada dasarnya ekstrover namun juga memiliki sisi introver (flexy extrovert). Jadi, mari terus belajar dan berusaha memahami diri sendiri dan orang lain. Suri teladan kita sudah ada, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Tentu kita (kita? saya aja ding) yang banyak dosa ini masih jauh dari teladan itu, tapi semoga terus berusaha. Aamiin.
Share:

0 komentar:

Post a Comment