"Mempersiapkan kematian", adalah frasa yang harus kita ingat-ingat agar hidup ini memiliki tujuan dan tidak hanya menjadi aktifitas kosong tanpa makna. Mempersiapkan kematian adalah hal yang mudah diucap, namun untuk menjadikannya tetap tertanam dalam hati itu butuh usaha ekstra. Dunia memang melenakan, maka benarlah ia disebut sebagai tempat ujian. Kadang kita terlalu berambisi dalam beberapa hal didunia ini seperti karir yang baik, jodoh yang sejiwa, rumah yang nyaman, dan lain hal lainnya yang sungguh semua itu hanyalah semu.
Salim A Fillah dalam bukunya Lapis-lapis Kerbekahan menulis "bahagia adalah kata paling menyihir dalam hidup manusia. Jiwa merinduinya. Akal mengharapinya. Raga mengejarnya. Tapi kebahagiaan adalah goda yang tega. Ia bayangan yang melipir jika difikir, lari jika dicari, tak tentu jika diburu, melesat jika ditangkap, menghilang jika dihadang. Di nanar mata yang tak menjumpa bahagia; insan lain tampak lebih cerah. Di denging telinga yang tak menyibak bahagia; insan lain terdengar lebih ceria. Di gerisik hati yang tak merasa bahagia; insan lain berkilau bercahaya. Jika bahagia dijadikan tujuan, kita akan luput menikmatinya sepanjang perjalanan. Bahwa jika bahagia dijadikan cita, kita akan kehilangan ia sebagai rasa.Bahwa jika bahagia dijadikan tugas jiwa, kita akan melalaikan kewajiban sebagai hamba. Bahwa jika bahagia dijadikan tema besar kehidupan, kita bisa kehilangan ia setelah kematian".
Jadi, mari ingat kembali bahwa dunia hanyalah semu. Ia bagaikan mimpi singkat saat kita sedang tertidur. Semoga kita tidak lupa bahwa tugas didunia ini bukan untuk bahagia, tetapi mempersiapkan kematian sebaik mungkin hingga bahagia hakiki dapat kita jumpa, yakni saat disurga. Aamiin.
0 komentar:
Post a Comment