Hola, hai, Assalamu'alaikum. Semoga teman-teman sehat ya. Lagi-lagi tentang masa pandemi Covid 19, aktifitas penghibur diri yang menurut saya cocok dijadikan rutinitas adalah membaca buku. Sebagai pengingat: seharusnya memang tak perlu menunggu pandemi dulu baru rajin baca, tapi its oke lah ya. Yang belum memulai membaca, yuk mulai, biar gak hanya baca status aja kerjanya, oops.
Well, salah satu koleksi buku yang menjadi teman saya beberapa bulan lalu adalah Teach Like Finland, atau mengajar seperti Finlandia, karya Timothy D Walker, seorang guru yang awalnya mengajar di Amerika kemudian pindah ke Finlandia dan menemukan banyak hal mengejutkan dalam proses belajar mengajar disana. Timothy D Walker membandingkan dua hal berbeda yang ia temui antara sekolah dia sebelumnya dan tempat ia mengajar di Finlandia. Walker terkejut, mengapa guru-guru di Finlandia begitu menikmati aktifitasnya sebagai pengajar di sekolah sementara pengalaman pribadinya sebelum itu menggambarkan hal yang bertolak belakang. Lalu bagaimana sebenarnya pendidikan di Finlandia berlangsung?
Perlu kita ingat bahwa Finlandia pernah mengejutkan dunia dengan prestasinya mencapai nilai PISA (programme for international student assesment) tertinggi pada tahun 2001. Dunia betanya-tanya, mengapa siswa-siswi Finlandia yang masih berusia 15 tahun itu bisa mencapai skor tertinggi pada PISA yang mengukur keterampilan berpikir kritis dalam matematika, sains, dan membaca. Banyak juga yang bertanya, bagaimana mungkin sekolah Finlandia yang jam belajarnya pendek, dan PRnya tidak banyak itu dapat menjadi yang tertinggi di PISA?
Walker mengamati dengan seksama untuk menjawab pertanyaan itu, terlebih ketika ia terlibat langsung menjadi guru di sekolah Finlandia. Ternyata, paling tidak ada lima hal yang menjadi benang merah keberhasilan Finlandia. Lima hal yang dimaksud adalah kesejahteraan, rasa dimiliki, kemandirian, penguasaan dan pola pikir.
Kelima hal tersebut tentunya memerlukan penjelasan yang lebih memadai dari sekedar tulisan ringkas saya ini. Akan lebih baik lagi jika teman-teman membaca langsung bukunya untuk mendapatkan pengalaman membaca yang mengasyikkan. **Boleh beli hard version, atau versi digitalnya seperti yang saya lakukan (untuk menghemat biaya dan waktu pengiriman hehe). Dalam tulisan ini saya akan berusaha mengulas sebisa yang dapat saya lakukan. Mari simak bersama ya.
Pertama, tentang kesejahteraan. Walker merasa kaget dimasa awal ketika ia pindah ke Finlandia. Ia mengamati betapa orang-orang disana terlihat santai menjalani kehidupan sehari-hari mereka. Walker merasa kehidupan demikian bukanlah sesuatu yang penuh harapan, ia meyakini betul bahwa hidup dengan penuh energilah yang lebih menjanjikan. Namun seiring waktu, Walker mulai memaklumi dan perlahan terbawa pola hidup "yang terasa lebih slow tersebut". Hal ini berhasil dalam kehidupan sehari-harinya namun tidak berhasil dalam aktivitas di sekolah. Walker masih terbawa pola kerja di Amerika yang penuh energi dengan produktivitas tinggi. Hingga suatu ketika seorang mentor Walker di sekolahnya di Finlandia berkata "Tim, kamu adalah tuan dari pekerjaanmu dan bukan dipertuan pekerjaan".Jadi, apa sudah ada gambaran kelas seperti apa yang akan teman-teman ciptakan? Sudah dulu ya untuk poin pertama ini. Masih banyak penjelasan lainnya, tetapi cukuplah untuk tulisan malam ini, kita lanjut besok dengan poin yang kedua, yakni tentang rasa dimiliki. Insya Allah.
0 komentar:
Post a Comment