Apa yang lebih menyedihkan daripada kesusahan finansial dimasa pandemi ini? Tentunya banyak ya, namun saya menemukan bahwa kesedihan yang lebih mendalam adalah ketika kita menemukan begitu banyak emosi dalam diri yang bergejolak. Tentang sisi psikologis yang banyak teraduk-aduk, seperti menampar diri bahwa sungguh kita ini adalah manusia yang sering merasa bagai dewa. Ah ya, atau jangan-jangan hanya saya saja yang merasa begitu? Semoga kamu tidak ya, kawan.
Well, tinggal bersama orang lain dalam waktu yang lama tentunya butuh banyak penyesuaian. Hal-hal buruk yang dulunya belum sempat terlihat secara kasat mata, saat ini tiba-tiba terlihat dengan terang benderang sebab situasi covid meminta kita untuk tetap dirumah saja. Maka benarlah sebuah konsep sosial yang menyatakan, semakin lama seseorang berinteraksi, semakin banyak "kemungkinan konflik" yang akan ia lalui. Dan benar juga jika ada yang mengatakan, bahwa orang yang sangat mungkin menyakitimu adalah justru ia yang terdekat denganmu.
Saya jadi teringat kulit bawang yang terdiri dari lapisan-lapisan yang entah berapa jumlahnya, mungkin anak biologi bisa membantu menjelaskan, hehe. Tapi yang jelas, semakin kita mengupas lapisan-lapisan kulit bawang itu, akan semakin sampai kita pada lapisan intinya. Semakin lama kita bersama orang lain, akan semakin mungkin kita untuk sampai pada hal-hal inti dalam diri orang tersebut. Bisa berupa prinsip, nilai, pandangan hidup, cara berpikir, dan segala hal yang membentuk kepribadian dan perilaku orang tersebut. Semakin lama kita bersama dengan orang lain, semakin terbukalah siapa dan bagaimana karakter dan tingkah laku orang tersebut. Dalam hal ini, jika kita tak pandai menurunkan ego, maka konflik berkepanjangan akan mudah terjadi.
Lalu caranya menjalaninya bagaimana? Mengingat situasi pandemi ini belum juga berakhir, dan kita masih harus bersabar untuk lebih sering di rumah daripada keluyuran tak jelas. Berikut tips dari saya yang mungkin boleh kamu coba.
Ya, mulailah untuk saling terbuka, sesakit apapun hal yang akan kamu sampaikan, sampaikanlah, dengan tujuan untuk mendapat solusi. Memang awalnya akan sakit karena ternyata banyak lapisan-lapisan kehidupan kita yang terlihat buruknya dimata orang lain. Tapi bukankah memang manusia adalah tempatnya berbagai kesalahan? Nikmati kesakitan itu, terima, karena esok, situasi sakit itu bisa saja terulang kembali, namun kamu sudah siap karena telah pernah melaluinya.
Jadi, stay positif ya, berbulan-bulan lebih banyak dirumah memang menjenuhkan. Ada yang berkata, rumah adalah segala-galanya tempat untuk pulang. Namun rumah juga kadang kala tak sanggup lagi menampung egomu yang tinggi itu. Jadi, turunkan egomu wahai diri, ya.
0 komentar:
Post a Comment