Wednesday, December 4, 2019

Berganti Patuh

Akhir-akhir ini perasaan rindu rumah semakin menjadi saja. Kadang sampai demam aku dibuatnya. Mungkin frekuensi kerinduanku dengan ayah dan ibu saat itu sedang sering saling bertemu. Hingga bulir-bulir air mata selalu menjadi obat yang menjadi pereda penurun panas, ahha, rada lebay. Tapi memang begitu adanya. Lalu dalam satu malam di November kemarin, satu mimpi menjadi hal yang sangat jelas kuingat hingga detik tulisan ini kubuat. Seperti kejadian nyata yang meninggalkan pesan membekas dari sang ayah kepada anaknya.

Aku lupa setiap detail scene dalam mimpi itu, namun pesan yang sangat jelas terngiang adalah tentang kepatuhanku yang nantinya harus kualihkan pada orang baru pengganti ayah. Oh ya Rabb. Sungguh selama ini ayah adalah sosok yang sedikit bicara namun tegas dengan balutan kelembutan. Beberapa bulan terakhir ini memang banyak hal yang sering kutanyakan pada beliau. Meminta pertimbangan ini dan itu. Apakah akan kesini atau kesitu, dan hal-hal lain yang akan berpengaruh dan menjadi tahapan penting dalam hidupku. Anehnya semua jawaban beliau tak ada yang ku tolak, semua kuterima dengan penuh kepatuhan.

Hingga suatu malam, kami seperti berbincang lewat mimpi. Lalu beliau berpesan dengan jelas padaku “Wahai anakku, kelak posisi ayah akan digantikan oleh laki-laki lain, tugasmu adalah berganti patuh padanya. Kelak apa-apa yang kau minta akan kau sampaikan padanya, bukan ke ayah lagi, kelak pertimbangan-pertimbangan penting dalam hidupmu akan lebih sering kau sampaikan padanya, bukan ke ayah lagi”.

Lalu pada pagi harinya seperti ada perasaan haru yang mendalam bahwa memang waktu itu akan tiba. Kemudian benar, bahwa kepatuhanku selanjutnya akan beralih pada sosok baru. Semoga memang sosok itu adalah laki-laki yang pantas untuk dipatuhi tanpa harus menjadi tukang perintah, dan semoga aku menjadi perempuan yang patuh tanpa harus merasa terkekang. Semoga kamu yang baca ini juga ya.....   

Bogor, Kota Hujan
4 Desember 2019
22.23 WIB
[Semoga kita bertemu diruang nyata]
Share:
Continue Reading →

Monday, November 11, 2019

Pilihan Karir Perempuan

Hari ini, 12 November. Laman media sosial dan grup-grup whatsapp masih hangat membahas soal penerimaan ASN. Saya memang termasuk yang terpapar informasi ini, saya pun termasuk salah satu yang berharap ada peluang berkarir sebagai dosen di kampus negeri (memang sudah cita2 sejak kecil, #eh: sederhana sekali ya cita2 saya, hehe). 

Namun, hingga detik saya menulis saat ini, belum juga ada peluang yang saya sebut tadi. Apakah ini alamat bagi saya untuk tidak mendaftar penerimaan ASN tahun ini? 

Well, we will see yah. Bahkan jikapun ada peluang yang saya maksud, ijazah S2 saya baru akan terbit kira-kira diakhir desember. It is mean, sayapun tak akan memenuhi syarat sekalipun formasi S-2 Ilmu Komunikasi itu ada. Pilihanya adalah tidak ikut sama sekali mendaftar ASN tahun ini, atau ikut mendaftar dengan Ijazah S1. (Anyway, formasi S-1 Ilmu Komunikasi banyak loh, di kabupatenku pun ada). 

Lalu, jika harus mendaftar dengan ijazah S-1, kok saya gak rela ya, sudah berjuang hingga selesai S2 eh ijazahnya malah ndak dipake (menurut info, untuk menaikkan karir ASN a.k.a naik pangkat jika kita mendaftar dengan ijazah S-1, maka kita kudu kuliah S-2 lagi lewat surat tugas/ belajar), tentu ini juga bukan opsi yang tepat. 

Ditengah hal yang dilematis ini, saya tetiba kengingat kembali, semacam dapat ilham atau insight. Wahai diriku, sebenarnya hal mana yang lebih penting dilakukan oleh seorang perempuan? Benarkah bekerja diluar rumah adalah pilihan yang tepat? Bukankah pilihan karir itu sangat banyak? Dan bisa kamu kerjakan di rumah? Misalnya nih ya, 
1. Bisa fokus menjadi IRT, ngurus anak dan suami, berbagi ilmu dengan anak2 tetangga, ngajar ngaji, ngajarin keterampilan, ngasih les2an gratis ke anak2 tetangga, dll.  (padahal belum nikah,haha)
2. Bisa wirausaha dari rumah (memang sih ini butuh effort lebih)
3. Freelance (agak berat; freelancer pemula ndak bisa ngarep langsung duit gede). 

Beberapa opsi diatas juga pilihan karir bagi perempuan loh. Atau pilihan lain, setelah dapat ijazah S2 nanti (desember 2019), cobalah daftar dikampus swasta, mungkin jodohmu disana. Sembari menanti peluang lain yang lebih aku harapkan. 
Share:
Continue Reading →

Saturday, November 2, 2019

Mikar

Jujur saja, gairah menulisku sedang loyo. Tapi malam ini, kupaksakan tangan mungilku mengukir sedikit saja deretan kalimat tentang kamu. Mikar namamu (samaran), kita hampir saja seumuran. Bedanya orang tuaku lebih dulu dititipkan oleh Tuhan seorang aku. Kamu lahir setahun setelahnya. Aku lupa pertama kali bertemu kamu dimana. Yang jelas, kita hampir banyak kesamaan. Terutama dalam nilai-nilai kuliah yang tidak bersahabat waktu itu, ahaha.

Well, sejujurnya bukanlah tentang kamu sepenuhnya yang kutulis. Tapi tentang rindu yang kurasa pada ibuku, dan tentang kehilangan-kehilangan yang dialami orang-orang sekitarku akhir-akhir ini. Tentang rindu dan kehilangan, bukankah dua hal itu sudah kamu alami dalam usia yang sangat dini? Mikar, anggap saja ini adalah surat untukmu yang tidak dapat kusampaikan langsung agar tidak disebut “dramatis”. Tapi sejujurnya inilah bahasa hatiku. Tak mau kusimpan sendiri. Biarlah bait-bait ini mewakilkan dalamnya perenungan untuk dapat memahami bagaimana rindu dan kehilangan yang telah menemanimu sejak masih sangat belia. 

Sulit bagiku menyelami bagaimana rasa rindu yang kamu rasakan. Salah satu rindu terberatku adalah ketika beberapa tahun tidak dapat bersentuh tangan dengan ibuku. Rindu terberatku adalah ketika hanya dapat bersua dengan orang tuaku lewat suara dan video. Lalu bagaimana dengan rindumu? Aku tau rindumu lebih berat dari rinduku sebab yang kau rindu kini telah berbeda dimensi. Akupun tahu bahwa kehilanganmu adalah kehilangan yang berat, sebab yang hilang adalah sosok dimana dalam dirimu terdapat darah dan dagingnya. Ah ya. Tapi bukanlah hidup jika tak ada masanya bersedih.

Kamu telah terlatih kehilangan sejak kecil. Tentu itu adalah latihan untuk kehilangan-kehilangan lain yang akan dihadapi seluruh manusia dimuka bumi ini. Bukankah setiap kehilangan adalah sebuah nasihat? Lalu tentang rindu? Sulit untuk dinalar bagaimana seseorang harus mampu menjawab rindu pada orang yang telah berbeda dimensi. Tapi sebagai hamba yang punya Iman. Aku yakin kamu pun telah belajar dalam setiap episode rindu yang kau rasa. Satu kata yang dapat kuucap, kamu kuat.

Sudah malam, waktunya menuju peraduan.
Kota Hujan, 2 November 2019
20.59 WIB   
 

Share:
Continue Reading →

Friday, October 11, 2019

Pada Akhirnya


Pada akhirnya seseorang akan tiba pada muara hidup yang ia tuju. Menuju muara memang butuh proses. Kadang kita bertemu bebatuan besar, kerikil-kerikil kecil, kadang juga melewati jalan-jalan lurus. Warna warni, nano nano. Kadang terselip rindu pada masa lalu dan takut pada masa depan. Kadang harapan riuh rendah, semangat naik turun.

Jika sudah begitu, yang kita butuhkan adalah teman sejiwa yang mampu bersenyawa dengan mimpi dan ambisi kita. Sulit memang bertemu dengan yang senafas dan seirama dalam melangkah. Tapi teman sejati itu nyata adanya. 

Jarak memang kadang menjadi kendala, sedikit-sedikit perselisihan dan ketidak sepahaman wajar saja terjadi. Masa lalu boleh kau tangisi, tapi masa depanmu harus terus kau lanjutkan.      
Share:
Continue Reading →

Pergi

Ada orang yang hadir dalam hidup ini hanya untuk singgah sebentar
Mereka datang membawa beberapa pelajaran
Lalu ada saatnya mereka pergi
Bukan untuk membersamaimu seterusnya

Pada titik ini
Yang harus kamu lakukan adalah menerima segala ketentuan
Bukan bersedih atas ketidakberdayaan

Yakinlah
Bahwa ada saatnya orang baru akan datang
Menggantikan hati yang kosong

Yang datang dengan cara benar
Adalah dia yang dipilihkan Tuhan
Maka janganlah bosan menengadahkan tangan
Yang terbaik akan datang
Percayalah


Share:
Continue Reading →

Sunday, September 29, 2019

Jarak

Raga disini
Namun jiwa sedang terbang pulang
Memang susah bagiku melihat bola matamu
Tapi hati berbisik bahwa pertemuan akan tiba
Waktu dimana sukma saling menyatu

Sungguh tak sabar
Tuhan selalu punya rencana tak terduga
Hanya soal waktu, menunggulah

Ada anak kecil berlari ke dalam pelukan
Selalu begitu setiap kali tiba dari bumi rantau
Lalu dekapan beberapa detik terasa semakin lama
Air mata jua selalu hadir, tak mau ketinggalan

Kurasa rasa, waktu tiga bulan itu masih lama
Tapi kupikir pikir, lebih baik berjarak namun dekat dalam doa
Daripada bersua namun kosong tanpa arah

Salam rindu dari kota hujan
Dingin disini akan selalu terasa hangat
Karena ada doamu

Pada siapapun yang merasa sedang berjarak
Percayalah ini hanya soal waktu 
Share:
Continue Reading →

Monday, September 23, 2019

Ada Rasa

Ada rasa
Aku tahu
Kamu pura-pura amnesia
Lisanmu mungkin mengelak
Tapi matamu tidak

Pandanganmu kau palingkan
Suaramu kau senyapkan
Jarimu kau bekukan
Bayanganmu kau sembunyikan
Tapi hatiku tidak buta

Langkahmu tegas kedepan
Tapi kau ingin berbelok ke arahku
Kau bisu namun hatimu berteriak
Kau palingkan matamu
Tapi telingamu waspada

Sudahlah
Berhenti bersembunyi
Karena toh kita dipertemukan
Bukan saling mencari
Tuhanlah yang memberi isyarat dalam hatiku

Share:
Continue Reading →

Puisi kesekian

Lama aku tak menulis rasa
Ku kira rasaku telah mati
Ternyata masih hidup dengan segala kenangan pahit

Lama aku tak melihat bola matamu
Ku kira hatimu adalah rumah terakhirku
Ternyata itu adalah rumah orang lain

Tentu ini bukan salahmu
Bukan juga salahku
Memang inilah takdir Tuhan

Pasti akan ada ganti
Yakni orang yang lebih baik
Dan bisa menerimaku apa adanya

Semoga kamu bahagia
Dengan kehidupanmu di surga
Tuhan memberkatimu
Aamiin
Share:
Continue Reading →

Sunday, September 22, 2019

Utamakan Persamaan

Ahad, 22 September 2019. Kajian tafsir bersama Ustadz Wachid Romadhon Lc MA, Masjid At Turkiyyah Dramaga, Bogor. Berikut beberapa poin tafsir Qs. Ali Imran: 64-67 

Ayat-ayat tersebut (Qs. Ali Imran: 64-67) adalah seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perihal cara berinteraksi dengan para ahli kitab (kaum Yahudi dan Nasrani). Sebagai ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, patutlah kita mengambil teladan tentang segala hal dari Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. 


قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ 
Terjemah Arti: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Referensi: https://tafsirweb.com/1196-surat-ali-imran-ayat-64.html

Ayat 64 diatas adalah ayat seruan untuk mendahulukan persamaan daripada perbedaan, bahkan dengan ummat yang berbeda keyakinan. Pada dasarnya agama yahudi maupun nasrani meyakini adanya Tuhan yang satu (Yahudi dan Nasrani yg masih murni), namun Islam sebagai agama penutuplah yang harusnya diakui sebagai risalah kebenaran terakhir. Diceritakan tentang kisah Heraclius / Kaisar Romawi yang menerima surat ajakan untuk meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang seharusnya menjadi satu-satunya Dzat yang diibadahi. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengawali surat tersebut dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, lalu dilanjutkan dengan bahasa yang santun. Heraclius pada dasarnya tersentuh dengan isi surat tersebut, bahkan ia hampir saja bersyahadat saat itu juga. Namun karena gengsi ia tetap dengan keyakinannya.

Yang perlu digaris bawahi bahwa ajakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar Kaisar Romawi tersebut meyakini Islam dilakukan dengan menjelaskan persamaan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menekankan perbedaan. Berbeda dengan kondisi Ummat saat ini yang saling berbantah-bantahan bahkan dengan sesama Kaum Muslimin. Seringkali sesama muslim berselisih tentang Fiqih, tentang pilihan organisasi dakwah, dan hal-hal lain yang tidak substansial. Kelak diakhirat kita tidak akan ditanya organisasi mana yang kamu ikuti.

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Terjemah Arti: Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? Referensi: https://tafsirweb.com/1197-surat-ali-imran-ayat-65.html


Ayat 65 diatas bercerita tentang perselisihan Kaum Yahudi dan Nasrani tentang Nabi Ibrahim. Kaum Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi, sementara Kaum Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Nasrani. Padahal, baik kitab Taurat maupun Injil diturunkan justru setelah wafatnya Nabi Ibrahim. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan pada ayat berikutnya 

هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 
Terjemah Arti: Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Referensi: https://tafsirweb.com/1198-surat-ali-imran-ayat-66.html

Bahwa dalam ayat 66, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyerukan agar tidak berbantah-bantahan tentang sesuatu yang tidak diketahui. Seperti halnya kaum Yahudi dan Nasrani dimasa lampau yang mendebatkan tentang keyakinan Nabi Ibrahim. Hal ini juga merupakan cerminan masyarakat hari ini yang banyak bicara tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Fokuslah pada satu hal hingga menjadi ahli dibidang tersebut. Yang maha mengetahui adalah Allah sementara kita tidak. "Jika kita menyerahkan suatu urusan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancuran".

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Terjemah Arti: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Referensi: https://tafsirweb.com/1199-surat-ali-imran-ayat-67.html

Lalu Allah menjawab dalam ayat selanjutnya (67), bahwa Nabi Ibrahim bukanlah Yahudi bukan pula Nasrani. Namun adalah seorang yang lurus dan berserah diri pada Allah. 

Refleksi:
*Bahwa keadaan ummat hari ini pada dasarnya telah terjadi pada masa-masa lampau. Yang sering terjadi hari ini adalah perbedaan yang dibesar-besarkan hingga menyebabkan konflik. Padahal, jika persamaan yang ditonjolkan maka semua akan sampai pada kebenaran hakiki. Provokator kerjanya mempertajam perbedaan. Maka mari gunakan logika untuk fokus pada apa-apa yang sama. 
**Lalu, catatan lain untuk diri sendiri untuk tidak sok pintar dalam berkomentar tentang hal yang kita tidak tahu asal asulnya. Katakan saja Wallahualam. Allah yang lebih mengetahui sementara kita manusia hanyalah makhluk lemah. Hikmah lain adalah, penting untuk mempelajari segala sesuatu dari yang ahlinya, apalagi dalam Ilmu Agama. Jika bukan ahli, lebih baik ndak ikut-ikutan komentar.
***Yuk utamakan yang sama, ndak usah merasa paling, paling baik, paling beriman, paling bagus organisasinya, dan paling-paling yang lain. Bismillah.  


Share:
Continue Reading →

Friday, September 13, 2019

Kenangan itu Romantis



Bagaimanapun, kenangan itu memang selalu romantis. Ia indah untuk dikenang, namun bisa membuat yang mengenang lupa jalan pulang. Sejak kemarin Indonesia tengah berduka karena kehilangan salah satu tokoh, sosok, dan Presiden yang banyak dicintai masyarakat Indonesia. Saya hampir tak bisa berkata apa-apa, sedih rasanya. Banyak versi cerita kebaikan yang beliau cetuskan disini dan disana. Banyak orang-orang, kawan-kawan saya yang saling bercerita tentang beliau. Ah, ya, saya merenung, kira-kira, besok ketika meninggal, kita akan dikenang sebagai apa?
Lalu, dari sekian banyak cerita kebaikan dari presiden kita ini. Apa hikmah yang kamu ambil dari kepergian beliau? 
Share:
Continue Reading →

Friday, September 6, 2019

Berlatih Bersembunyi

Dunia sudah semakin tua, semakin tu, dan semakin tua. Orang-orang tergoda untuk saling mengalahkan. Bahkan para insan yang menyebut dirinya insan akademispun juga ikut andil dalam perlombaan tersebut. Berlomba-lomba memaerkan prestasi penelitian, prestasi karir, prestasi gaji, prestasi dalam berbagai kegiatan ini dan itu. Mungkin saya pun termasuk yang terjebak dalam fenomena ini. Merasa bangga dengan pencapaian yang tidak ada apa-apanya. Ah, mengapa yang kita tak bisa mencontoh Uwais Al Qarni yang doanya dikabulkan Allah. Uwais Al Qarni, tidak terkenal sama sekali di bumi, namun penduduk langit mengenalnya. Uwais Al Qarni, yang dengan ketulusan berbakti ia gendong sang ibu agar dapat menunaikan ibadah haji. Kita mungkin perlu berlatih bersembunyi dari tatapan-tatapan mata manusia, dari pendengaran-pendengaran manusia, dari pujian-pujian manusia. Karena sungguh bukanlah itu yang akan mengantarkan kita ke surga, melainkan kasih sayang Allah.
Share:
Continue Reading →

Ketakutan yang datang dan pergi

Hari-hari dengan tesis sudah berlalu, meski salah satu dosen masih meminta revisi setelah proses cetak, tapi hari setelah tanggal 30 agustus itu terasa lebih ringan. Bahagia memang, namun setelah itu, ketakutan adalah hal yang kadang-kadang datang hinggap dalam pikiran.

Banyak ketakutan yang setelah ku renungi membutuhkan jawaban dengan perilaku nyata. Ketakutan bahwa jangan-jangan nikmat yang selama ini Allah beri dalam hidup saya bukanlah karena Allah sayang dan mencintai saya, tetapi justru sebaliknya. Saya takut bahwa saya termasuk dalam golongan yang istidraj dimana nikmat Allah terus mengalir namun ibadah saya hanya begitu-begitu saja. Saya takut, karena sungguh hablumminallah dan hablumminannaas yang saya lakukan belumlah apa-apa.

Lalu tentang cinta, tak bisa dipungkiri memang berlalunya tesis membuatku berpikir soal pernikahan. Lalu segala puji bagi Allah yang masih memberi kesadaran pada saya bahwa sungguh cinta pada manusia adalah semu. Kita kadang mati-matian ingin meraih hati manusia yang kita "kagumi", hingga kita lupa meraih cinta Allah sebagai dzat pemberi rasa cinta. Terkadang kita mati-matian meraih perhatian manusia hingga kita lupa berusaha merah ridho Ilahi. Syaitan sungguh dengan sangat halus merasuki relung-relung hati manusia untuk berusaha mendapat perhatian manusia lainnya, entah lewat foto di profil WA, atau lewat tulisan-tulisan dalam status. Wallahualam. Semoga kita terhindari dari sifat membanggakan diri. 

Ah ya, dunia sungguh semu. Lama ku merenung. Perkara perasaan, cinta, jodoh, dan pernikahan, biarlah Allah menentukan bagaimana jalannya. Sementara ini, biarlah ku berusaha meraih cinta Allah dulu.

Siapapun kamu yang nantinya hidup berdampingan dengan saya, semoga saat ini kamu sering berada dalam taman-taman syurga di dunia (majelis ilmu). Semoga kamu memiliki visi membangun keluarga yang mencintai Alquran dan ilmu pengetahuan. Dan, semoga kamu adalah laki-laki yang menyayangi keluargamu sendiri dan nantinya juga keluargaku. Jangan mencariku dalam dunia maya, tapi beranikan dirimu menemui waliku. Jangan menilaiku dari sosmed belaka, karena itu hanyalah sebagian kecil dari realita hidupku. Bismillah. Semoga usia 29ku esok lebih bermakna, dan lebih bermanfaat. Aamiin....
Share:
Continue Reading →

Sunday, August 11, 2019

Sendi sendi kaku

Sendiku kaku. Mataku sembab. Dadaku sesak karena terisak. Malamku hampir habis dengan bulir bulir air mata yang mengalir deras tanpa tapi. Sudah dua tahun belakangan, malam2ku lebih banyak ditemani dengan air mata. Entah air mata kelelahan, air mata harapan, atau air mata kekecewaaan. Semua berkelindan, tak mau berpisah satu sama lain. Kadang ada air mata bahagia, tapi yang lebih sering jatuh adalah air mata penuh harap.

Sudah dua tahun lebih wajahku dan wajah ibuku tidak saling bertatapan. Kelopak mataku tak pernah melihat keriput wajahnya, selama itu. Lalu sejauh ini, hanyalah doa yang bisa ku kirimkan. Maafkan karena rupanya hidupku tak seindah imajinasi yang ku bangun dulu. Lulus S2 di 26 lalu menikah di 27. Ah ya, realita memang jarang sesuai ekspektasi. Selalu ada energi yang perlu dikuras lebih. Mari hadapi,jalani, syukuri. 

Memang serba salah. Mau maju, banyak duri. Mau mundur, sudah kepalang basah. Maka pilihannya adalah berhati hati melangkah. Lelah lelah lelah. Tapi aku tahu lelahku ini belum seberapa. Karena toh banyak kawan baikku mengalami ujian yang lebih melelahkan. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan, bukan?

Malam ini, ditengah harapan dan kepasrahan, dalam keterbatasan ilmu dan ekspektasi dosen pembimbing yang tak kunjung berhenti. Sembari menyelami hikmah ketaatan keluarga Nabi Ibrahim a.s., Aku pasrah atas segala takdir Allah untuk hidupku. Asal Allah mencintaiku, itu sudah cukup. Kamu juga begitu kan? Karena bukankah yang terseok seok ingin kita gapai pada akhirnya adalah Ridho Allah dan kesempatan melihat wajahNya tanpa hijab? Semoga kita berkumpul di Surga Allah.
Share:
Continue Reading →

Saturday, August 3, 2019

Kajian Tafsir Alquran

Bismillahirrahmanirrahim
Ahad, 4 Agustus 2019

Pagi pagi sekitar jam 7, beberapa muslimah terlihat satu per satu memasuki masjid kecil ditengah kota Dramaga, Masjid At Turkiyyah. Ada rasa bahagia turut serta dalam diri, mereka yang kelak mengemban menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya sepagi ini sudah bersemangat belajar. Belajar pelajaran yang jarang di temukan di sekolah sekolah negeri. Well, pagi ini kajian tafsir Alquran QS. Ali Imran ayat 56 sampai 59. Banyak poin yang dibahas kaitannya dengan tafsir ayat ayat tersebut.

Ayat 56 Qs. Ali Imran membahas tentang orang orang kafir yang nantinya akan diberi azab oleh Allah. Orang kafir adalah mereka yang tidak mengimani Allah, atau mengimani Allah namun tidak mengakui kenabian Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Azab yang akan sampai pada mereka adalah azab di dunia dan akhirat. Jikapun azab di dunia tidak akan diberi, namun diakhirat kelak tidak ada satupun yang luput dari janji Allah. Azab kepada orang orang kafir akan diberi sesuai ketentuan Allah, yakni neraka dengan apinya yang menyala-nyala. Lalu sikap kita sebagai muslim? adalah mendoakan mereka untuk mendapat hidayah sembari menunjukkan bahwa islam itu indah.   

Ulasan ttg ayat ini masih berlanjut, berlanjut pada poin yg sejujurnya menyayat nyayat hati saya (agak lebay sih). Ya, pembahasan ttg dosa dosa yang mendapat balasan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Kedua dosa ini akan dibalas didunia terlebih dahulu dan setelahnya diakhirat.

Dosa pertama adalah bagi orang orang yang menzolimi manusia. Adalah hal sensitif bagi kita jika sudah bersinggungan dengan orang lain. Terkadang kita bermuka masam pada sesama, kadang kita mengabaikan sapaannya, atau hal hal lain yang pada intinya adalah sebuah kezoliman. Contoh zalim yang nyata adalah riba, memakan hak saudaranya. Zalim dalam bentuk yang lain adalah membunuh karakter (ini sering terjadi dalam dunia pertemanan). Menceritakan aib saudaranya adalah bentuk kezoliman, bergosip, membunuh karakter dan lain sebagainya. Astagfirullah. Mari banyak banyak beristigfar, sungguh diri kita masih jauh dari akhlak yg dicontohkan Rasulullah. 

Dosa kedua adalah memutus silaturahim terutama dengan orang tua dan kerabat. Soal ini, seringkali hidup kita terasa sempit. Rizki materi kita mungkin lancar2 saja namun kita tidak mencapai ketenangan hati. Perbaiki hubungan kita dengan orang tua, dengan begitu, apa apa yang tengah kita jalani menjadi lapang dan lancar tanpa beban.

Masih banyak poin dalam kajian tadi, namun saya cukupkan disini saja ya. Yuk sama2 saling mengajak dalam kebaikan. Lembutkan hati hati kita dengan ikut dalam majelis ilmu.

Jika saja untuk mendapat pekerjaan dunia yang baik kita butuh skill dan ilmu yang baik, lalu bagaimana dengan surga Allah? Mari belajar ilmu agama, karena menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.
Semoga bermanfaat ya, salam
Share:
Continue Reading →

Thursday, April 11, 2019

Reframing tentang Pola Makan

Adakah manusia didunia ini yang bisa bertahan hidup tanpa asupan makanan? Tentu tidak ada. Berbagai hasil penelitian ilmiah menyatakan; manusia memiliki batas waktu tertentu untuk mampu bertahan hidup tanpa makan dan minum. Tanpa makan, manusia dapat bertahan hingga tiga minggu. Namun tanpa minum, manusia hanya bisa bertahan selama 4-7 hari tergantung pada situasi yang dialaminya.

Makan adalah bagian dari pola hidup yang tidak boleh dilakukan sembarangan. You are what you eat, begitu kata banyak orang. Asupan makanan akan menentukan kondisi kesehatan seseorang. Jika kita memasukkan sesuatu yang baik-baik kedalam tubuh, maka secara umum kondisi tubuh kita akan baik. Sebaliknya, jika hal-hal buruk yang kita konsumsi maka kondisi tubuh kita jelas juga buruknya. Sesuatu yang baik misalnya sayuran, buah-buahan, dan segala sesuatu yang diolah dengan cara baik; tidak mengandung minyak dan tepung berlebihan.

Mari kita sama-sama belajar tentang asupan makanan berdasar pendapat ahli gizi. Meskipun pada dasarnya, suri teladan kita Rasulullah s.a.w. telah memberikan contoh yang tidak dapat terbantahkan. 

Tentang pola makan, Rasulullah s.a.w. telah memberi teladan. Bahwa sepanjang hidupnya, beliau lebih sering lapar dan tidak pernah kenyang *cek kajian Dr. Zaidu di youtube. Dalam hal ini, tentunya kita sudah sama-sama paham; bahwa Rasulullah sangat sering berpuasa. Jika ada makanan dirumahnya, beliau akan berbuka (makan). Namun jika tidak, beliau akan berpuasa. Sesederhana itu Rasulullah dalam pola makan beliau.

Bagaimana dengan kita? Terkadang kita berlebihan dalam mengisi perut yang lapar. Sudah porsinya terlalu banyak, zat yang terkandung dalam makanannya juga belum tentu baik. Jika kita masih tidak mengontrol pola makan, maka bukanlah sesuatu yang mengagetkan jika kita sering tidak enak badan, kondisi fisik lemah, mudah sakit dan ujung-ujungnya menghambat aktivitas sehari-hari.

Ada baiknya kita tinjau kembali satu hadist Rasulullah s.a.w. tentang pola makan, “bahwa makanlah kalian hanya sekedar untuk menegakkan tulang sulbi (tulang belakang)”.

Artinya apa? Bahwa makan tidaklah bertujuan untuk kenyang, tetapi sekedar menegakkan tulang belakang agar kita tetap dapat beribadah sehari-hari. Jika satu mangkok sop sayur sudah cukup mengisi perut, untuk apa menambahnya lagi dengan yang tidak perlu?
Mari sama-sama belajar dan mulai perbaiki pola makan. [Ega]
Share:
Continue Reading →

Wednesday, March 20, 2019

Puisi - Celoteh Malam

Dan pada malam-malam sesaat sebelum hari berganti
selalu ada kemewahan dalam malam hening yang kulalui

Ya, ketenangan seringkali kita temukan saat sendirian
Saat dunia mulai sepi
dan saat berbagai macam pertanyaan perlahan surut karena datangnya malam

Kadang saya masih bertanya
mengapa orang-orang terjebak dalam dunia yang fana

Mengapa orang-orang lebih sigap menyelesaikan tugas-tugas kantornya
daripada cekatan menyelesaikan kewajiban pada ilahi?

Mungkin karena bumi sudah mulai tua
Share:
Continue Reading →