Hari-hari dengan tesis sudah berlalu, meski salah satu dosen masih meminta revisi setelah proses cetak, tapi hari setelah tanggal 30 agustus itu terasa lebih ringan. Bahagia memang, namun setelah itu, ketakutan adalah hal yang kadang-kadang datang hinggap dalam pikiran.
Banyak ketakutan yang setelah ku renungi membutuhkan jawaban dengan perilaku nyata. Ketakutan bahwa jangan-jangan nikmat yang selama ini Allah beri dalam hidup saya bukanlah karena Allah sayang dan mencintai saya, tetapi justru sebaliknya. Saya takut bahwa saya termasuk dalam golongan yang istidraj dimana nikmat Allah terus mengalir namun ibadah saya hanya begitu-begitu saja. Saya takut, karena sungguh hablumminallah dan hablumminannaas yang saya lakukan belumlah apa-apa.
Lalu tentang cinta, tak bisa dipungkiri memang berlalunya tesis membuatku berpikir soal pernikahan. Lalu segala puji bagi Allah yang masih memberi kesadaran pada saya bahwa sungguh cinta pada manusia adalah semu. Kita kadang mati-matian ingin meraih hati manusia yang kita "kagumi", hingga kita lupa meraih cinta Allah sebagai dzat pemberi rasa cinta. Terkadang kita mati-matian meraih perhatian manusia hingga kita lupa berusaha merah ridho Ilahi. Syaitan sungguh dengan sangat halus merasuki relung-relung hati manusia untuk berusaha mendapat perhatian manusia lainnya, entah lewat foto di profil WA, atau lewat tulisan-tulisan dalam status. Wallahualam. Semoga kita terhindari dari sifat membanggakan diri.
Ah ya, dunia sungguh semu. Lama ku merenung. Perkara perasaan, cinta, jodoh, dan pernikahan, biarlah Allah menentukan bagaimana jalannya. Sementara ini, biarlah ku berusaha meraih cinta Allah dulu.
Siapapun kamu yang nantinya hidup berdampingan dengan saya, semoga saat ini kamu sering berada dalam taman-taman syurga di dunia (majelis ilmu). Semoga kamu memiliki visi membangun keluarga yang mencintai Alquran dan ilmu pengetahuan. Dan, semoga kamu adalah laki-laki yang menyayangi keluargamu sendiri dan nantinya juga keluargaku. Jangan mencariku dalam dunia maya, tapi beranikan dirimu menemui waliku. Jangan menilaiku dari sosmed belaka, karena itu hanyalah sebagian kecil dari realita hidupku. Bismillah. Semoga usia 29ku esok lebih bermakna, dan lebih bermanfaat. Aamiin....
0 komentar:
Post a Comment