"Titip Satu Cinta" sebenarnya judul sebuah novel. Tapi ingin saya jadikan judul pada tulisan ini. Saya kira kisah dalam novel tersebut menarik untuk dibagikan, meski saya pribadipun belum sempat membacanya
😄
Kebenaran, kebetulan, hari Ahad kemarin saya berkesempatan bertamu dengan penulisnya. Mereka, Haviz Deni & Elmy Suzanna ternyata sepasang suami istri. Kisah dalam novel inipun adalah kisah mereka. Sebuah cerita perjuangan dari rasa sakit. Kisah yang menggugah hati, bahwa segala bentuk kedekatan kepada Allah adalah kenikmatan terbesar dan tertinggi dibandingkan dengan kenikmatan lain yang bersifat duniawi.
Pagi menjelang siang kemarin saya bertemu dan berkumpul dengan sekitar tiga puluhan orang muslimah Rumah Qur'an Bogor. Mendengarkan langsung kedua penulis itu bertutur, bahwa manusia memang boleh punya target, manusia boleh memiliki impian dan keinginan. Namun, kadang-kadang yang terjadi tidak sejalan dengan keinginan kita sebagai manusia. Bisa jadi lebih baik dari impian tersebut (versi manusia), bisa saja bertolak belakang dengan mimpi dan harapan, atau bertentangan dengan cita-cita.
Haviz Deni dimasa mudanya bercita-cita mendapat pendamping hidup yang baik dari segi agama, harta, paras wajah dan dari keturunan baik. Berkali-kali menjalani proses berkenalan (ta'aruf) tidak membuat Haviz Deni menemukan tautan hatinya. Selalu ada yang kurang pada diri perempuan yang dipertemukan itu, yang sering terjadi adalah kurangnya dari sisi agama. Sampai pada suatu waktu, perkenalan terjadi secara tidak sengaja dengan Elmy Suzzana. Disertai dengan segala kekurangan Elmy, Haviz ternyata mantap menautkan hati hingga sampai ke pernikahan.
Secara logis, Ummi Elmy bukanlah sosok ideal yang diimpikan Haviz. Namun kekuatan iman justru menyatukan mereka. Elmy dengan kondisi orang tua divorce adalah jodoh yang telah di tentukan Allah. Hal yang paling membutuhkan perenungan panjang bagi Haviz adalah kondisi sakit Ummi Elmy. Ya, Ummi Elmy harus menjalani cuci darah akibat penyakit ginjal akut. Ya, cuci darah dilakukan setiap dua minggu sekali. Selain membutuhkan biaya yang tidak sedikit, hal yang paling membuat dilema adalah kemungkinan penderita sakit ginjal untuk memperoleh keturunan. Sangat kecil kemungkinan untuk memiliki anak. Namun, Allah telah menaqdirkan pertemuan mereka, Allah jugalah yang akan mengatur segala jalan hidup manusia. Maka akhirnya mereka menikah.
Banyak lika liku kehidupan yang dilalui pasangan suami istri. Namun pada intinya mereka selalu berusaha menjadi keluarga yang berbuat kebaikan. Terutama Ummi Elmy, kesakitan yang ia rasakan menjadi motivasi untuk selalu dekat dengan Allah. Segala hal yang diperintahkan Allah dan mampu ia kerjakan pasti akan ia kerjakan. Orang sakit itu dekat dengan kematian. Maka Ummi Elmy ingin menghembuskan nafas terakhirnya dalam kondisi meninggalkan banyak kebaikan, karena kelak amal kebaikan itulah yang akan menjadi penolongnya.
Dan, ini poin penting yang membuat saya terharu. Bahwa ditengah usaha Ummy Elmy untuk bertahan hidup, Menjadi Hafizah adalah hal yang sedang upayakan.
Satu pesan Haviz Deni kepada kami,
"Serahkan hidupmu pada Allah. Jika sudah, maka yang terjadi itulah yang terbaik".
0 komentar:
Post a Comment