Friday, October 19, 2018

Membaca Khadijah

Tulisan ini terinspirasi dari novel berjudul “Khadijah, Ketika Rahasia Mim Terungkap”. Sebuah tulisan dengan bahasa ringan, mudah dipahami, serta berisi hal penting namun kadang-kadang terabaikan oleh perempuan yang mengaku muslimah. Bacaan dan tulisan ini semoga menjadi pengingat untuk saya pribadi, bahwa diantara sekian banyak profil perempuan hebat yang sering tampil di layar media, Ibunda Khadijah r.a., jauh sebelum kita hadir ke dunia ini, telah memberi teladan bagaimana seharusnya menjadi perempuan, bagaimana seharusnya mencintai, dan bagaimana melakukan sebuah pengabdian.

Sosok Khadijah adalah perempuan yang dihormati oleh orang-orang disekitarnya. Selain berasal dari keturunan yang juga dihormati, profil Khadijah sebagai seorang pedagang kaya adalah hal yang tidak dapat di tampik kebenarannya. Sebelum bertemu Rasulullah, Khadijah telah pernah sekali menikah dan dikaruniai dua orang anak. Hingga suami pertamanya wafat lalu beberapa masa setelah itu bertemulah Khadijah dengan Muhammad Al-Amin. Awalnya, apa yang dirasakan Khadijah terhadap Al Amin hanyalah sebatas relasi antara karyawan dan pemilik dagangan. Namun Allah menurunkan rasa kagum yang berbeda hingga akhirnya mereka menikah, lalu satu persatu keturunan pun lahir kedunia.

Pada setiap perjalanan dagang Muhammad Al-Amin, Khadijah adalah orang yang selalu berjaga menanti kabar sang suami. Khadijah baru akan bergembira saat kabar kepulangan suami telah sampai ke telinganya. Khadijah bahkan mencoba merasakan apa yang dirasakan suaminya dalam perjalanan dagang dengan cara ikut berjemur dibawah terik matahari. Khadijah, selalu khawatir dan menanti-nanti kepulangan Muhammad Al Amin yang telah menjadi suaminya. Hal itu adalah gambaran betapa tingginya cinta Khadijah terhadap suaminya Muhammad Al Amin.

Khadijah Al Kubra bertemu dan menikah dengan Muhammad Al-Amin sebelum risalah kenabian turun. Banyak yang tidak percaya ketika wahyu pertama itu turun, bahkan paman Nabi saat itupun menjadi orang yang tidak percaya pada keponakannya sendiri. Nabi kita dianggap gila saat itu. Lalu satu-satunya orang yang pertama percaya akan risalah kenabian itu ialah Khadijah. Tanpa keraguan sedikitpun Khadijah menjadi sosok yang selalu menenangkan Nabi Muhammad. Khadijah Al Kubra selalu menangkan dengan kalimat-kalimat yang meyakinkan, bahwa Al Amin adalah orang baik yang selalu jujur dalam berkata dan bertindak, maka risalah kenabian itu bukanlah sesuatu yang patut diragukan.

Khadijah adalah sosok dewasa dengan kecerdasan emosional yang tinggi. Ketajaman pikiran dan logikanya mampu menalar bahwa apa yang dikatakan Nabi Muhammad tentang hadirnya malaikat Jibril adalah hal yang benar. Khadijah selalu memberikan ketenangan bagi Muhammad Al Amin. Kadang-kadang dalam perjalanan, keheningan dan kebisuanlah yang terjadi diantara mereka. Hati mereka telah saling menyatu hingga kata-kata dirasa tak perlu lagi untuk diucapkan. Khadijah selalu siap menjadi ibu dan kekasih Nabi. Bahkan Allah s.w.t. dan malaikat Jibril pun menyampaikan salam kepada Khadijah. Nabi selalu merasakan ketenangan jika Khadijah berada di sisinya. Bahkan saat tanggung jawab Nabi Muhammad semakin besar, Khadjah sangat peka dengan mulai menghandle sendiri urusan perdangan keluarga.

Betapa sangat bijak dan dewasa sosok Khadijah Al Kubra, bahkan hingga wafat dan posisi Khadijah digantikan dengan sosok pendamping lain, Nama Khadijah tetap hidup dalam hati dan jiwa Rasulullah.

Suatu hari dengan penuh kesedihan Rasulullah menggoreskan empat buah garis ke tanah dengan cabang pohon kurma.

“Tahukah kalian apa arti empat garis ini?”
“Rasul Allah pastilah tahu yang sebenar-benarnya”, jawab mereka
“Empat garis ini menggambarkan empat wanita ahli surga yang paling mulia”

Khadijah putri Khuwailid
Fatimah putri Muhammad
Istri Fir’aun, putri Mudzahim, Asiyah
Dan Maryam putri Imran.

Semoga Allah meridhai mereka
Bogor, 19 Oktober 2018
Share:

0 komentar:

Post a Comment