Wednesday, November 14, 2018

Bahasamu, Cerminan Hidupmu

Masih ingat pelajaran Bahasa? Bahasa apapun; Indonesia, Arab, atau Inggris, adalah subjek yang diajarkan secara formal sejak seseorang duduk di bangku SD. Bahkan secara informal, bahasa telah menjadi sinyal bagi manusia dalam berinteraksi. Konon bahasa itu sudah terbentuk sejak manusia berada dalam kandungan ibunya. Saking terlalu sering diajarkan dan digunakan, kadang-kadang banyak orang yang lupa tentang esensi penggunaan bahasa. Ada yang menjadikan bahasa hanya sebatas alat untuk terhubung dengan orang lain, ada juga yang memaknai bahasa lebih dari itu; bahwa bahasa adalah cerminan hidup. Mengubah bahasa berarti juga mengubah hidup. Mari mulai berkaca diri, kira-kira, kawan-kawan termasuk yang mana?
--------
Well. Masih adakah yang ingat sepatah dua kata atau kalimat kalimat positif yang dulu pernah diucapkan orang-orang disekitarnya? Mungkin ada yang masih ingat ungkapan Ibu atau Bapak yang seperti ini, "anakku sayang", "pinter anak ibu", "kamu pasti bisa", "ayo terus berusaha", dan ungkapan-ungkapan lain yang selanjutnya memberikan dampak positif dalam kehidupannya. Ya, anak yang tumbuh dengan lingkungan bahasa positif akan menjadi anak yang mudah menghargai karena iapun diperlakukan demikian. Sementara anak yang tumbuh dengan lingkungan bahasa yang seringkai bermakna negatif juga akan tumbuh menjadi anak yang kurang menghargai. Bahkan bisa jadi, bahasa negatif yang sering didengarkan seseorang sejak ia kecil hingga saat ini masih menyisakan luka batin yang mendalam.

Sebut saja anak yang sering mendengar orang tuanya melarang segala hal yang ingin ia lakukan. Adalah kata jangan, jangan, dan jangan, sebuah kata magic yang tidak kita sadari tertanam dalam alam bawah sadar seseorang untuk tidak melakukan ini, jangan melakukan itu, serta banyak jangan jangan yang lain. Kalimat larangan hanya akan mematikan kreatifitas seorang anak, mematikan kepercayaan dirinya, hingga akhirnya sulit menentukan pilihan hidup karena takut berbuat kesalahan. Jika begini, apa ia kita perlu kembali ke masa kecil untuk berbahasa dengan baik dan benar? Tentu saja tidak bukan?

Menjelaskan makna bahasa tidak akan cukup dengan satu dua paragraf. Tapi paling tidak, sekilas tulisan ini dapat menjadi pengingat agar hati-hati dalam berbahasa. Mengubah bahasa berarti mengubah hidupmu. Mari mulai berbenah. Mari mulai berbahasa yang positif dan tidak meninggalkan luka.  Bahasamu, Cerminan Hidupmu. 
Share:

0 komentar:

Post a Comment