Friday, September 21, 2018

Gagal Paham

Beberapa kawan sering mengeluh tentang masalah yang tengah dihadapinya. Sampai-sampai ada yang dapat gelar ms/mr ngeluh saking seringnya mengeluh hehe. Dikit2 ngeluh, dikit2 bete,dikit2 galau. Oke, menurutku sih itu manusiawi, bahkan Ilahi Rabbi pun menyatakan manusia itu penuh dengan keluh dan kesah. Namanya juga manusia ya kaann, wajar, kita bukan malaikat. Tapi ya tapi, gak gitu-gitu juga laaah. Masa ia separuh hidup kita mau dipenuhi dengan keluh dan kesah, setiap hari malah, gak ada damai-damainya coba, capek dong ujung-ujungnya. Daaaan, yang paling penting buat dikoreksi adalah cara kita mengekspresikan keluhan itu. Ada yang sukanya main kode-kodean di sosmed, seakan manggil-manggil kawannya trus bilang “hei, aku lagi galau, hibur aku dong”, atau mungkin kode lainnya “aku lagi sedih, aku butuh sandaran”. Simbol-simbolnya kadang bikin pembaca geleng-geleng kepala. Ya kenapa atuh harus gitu, emang kita gak punya Allah?  Kemana rasa harap kita kepada sang Ilahi? Bukannya akan lebih damai menggelar sajadah lalu bersujud?

Masalah di dunia gak akan pernah selesai, karena kata Allah memang demikian. Dunia adalah tempat ujian untuk tahu siapa yang benar-benar beriman, atau siapa yang pada akhirnya lalai. Jadi wajar saja jika masalah tak kunjung usai, karena memang kita sedang berlatih. Berlatih menjadi pemenang atau jadi pecundang. Cara kita mempersepsikan masalah perlu dirubah. Masalahnya mah tetap ada, berganti jenis saja, masalah keluarga, ekonomi, pendidikan, de el el. Tapi cara kita memandang masalah kan kita yang atur. Cara kita berpikir, cara kita merasa. Itu persepsi yang ada dalam diri loh, bukan ditentukan oleh hal-hal lain diluar diri kita.
Masa ia kita nyerah sama masalah dan nyari penyelesaian ke tempat yang tidak seharusnya. Boleh lah ya kalo tempat ceritanya ke orang-orang terpercaya yang bisa ngasih “pertimbangan” jalan keluar. Lah ini, sosmed loh. Tempat dimana yang ada hanyalah maya. Atau malah kita cerita ke orang yang salah, dalam sekejap saja keluhan yang kita ceritakan menyebar luas dalam circle pertemanan. Lalu setelah itu kita tersadarkan kalau ternyata gak semua orang bisa jaga kepercayaan. Masih mau? Aku sih enggak. Dunia kejam kawan. Yang ngaku teman belum tentu bisa jaga kepercayaan. Yang katanya “gak akan bilang-bilang” banyak terbukti jadi ember. Tanya kenapa? Karena gak semua orang tahu apa itu arti kepercayaan.  Wis yo, iki mung celotehku kok.
Share:

0 komentar:

Post a Comment