Sunday, September 29, 2019

Jarak

Raga disini
Namun jiwa sedang terbang pulang
Memang susah bagiku melihat bola matamu
Tapi hati berbisik bahwa pertemuan akan tiba
Waktu dimana sukma saling menyatu

Sungguh tak sabar
Tuhan selalu punya rencana tak terduga
Hanya soal waktu, menunggulah

Ada anak kecil berlari ke dalam pelukan
Selalu begitu setiap kali tiba dari bumi rantau
Lalu dekapan beberapa detik terasa semakin lama
Air mata jua selalu hadir, tak mau ketinggalan

Kurasa rasa, waktu tiga bulan itu masih lama
Tapi kupikir pikir, lebih baik berjarak namun dekat dalam doa
Daripada bersua namun kosong tanpa arah

Salam rindu dari kota hujan
Dingin disini akan selalu terasa hangat
Karena ada doamu

Pada siapapun yang merasa sedang berjarak
Percayalah ini hanya soal waktu 
Share:
Continue Reading →

Monday, September 23, 2019

Ada Rasa

Ada rasa
Aku tahu
Kamu pura-pura amnesia
Lisanmu mungkin mengelak
Tapi matamu tidak

Pandanganmu kau palingkan
Suaramu kau senyapkan
Jarimu kau bekukan
Bayanganmu kau sembunyikan
Tapi hatiku tidak buta

Langkahmu tegas kedepan
Tapi kau ingin berbelok ke arahku
Kau bisu namun hatimu berteriak
Kau palingkan matamu
Tapi telingamu waspada

Sudahlah
Berhenti bersembunyi
Karena toh kita dipertemukan
Bukan saling mencari
Tuhanlah yang memberi isyarat dalam hatiku

Share:
Continue Reading →

Puisi kesekian

Lama aku tak menulis rasa
Ku kira rasaku telah mati
Ternyata masih hidup dengan segala kenangan pahit

Lama aku tak melihat bola matamu
Ku kira hatimu adalah rumah terakhirku
Ternyata itu adalah rumah orang lain

Tentu ini bukan salahmu
Bukan juga salahku
Memang inilah takdir Tuhan

Pasti akan ada ganti
Yakni orang yang lebih baik
Dan bisa menerimaku apa adanya

Semoga kamu bahagia
Dengan kehidupanmu di surga
Tuhan memberkatimu
Aamiin
Share:
Continue Reading →

Sunday, September 22, 2019

Utamakan Persamaan

Ahad, 22 September 2019. Kajian tafsir bersama Ustadz Wachid Romadhon Lc MA, Masjid At Turkiyyah Dramaga, Bogor. Berikut beberapa poin tafsir Qs. Ali Imran: 64-67 

Ayat-ayat tersebut (Qs. Ali Imran: 64-67) adalah seruan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam perihal cara berinteraksi dengan para ahli kitab (kaum Yahudi dan Nasrani). Sebagai ummat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, patutlah kita mengambil teladan tentang segala hal dari Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. 


قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ 
Terjemah Arti: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". Referensi: https://tafsirweb.com/1196-surat-ali-imran-ayat-64.html

Ayat 64 diatas adalah ayat seruan untuk mendahulukan persamaan daripada perbedaan, bahkan dengan ummat yang berbeda keyakinan. Pada dasarnya agama yahudi maupun nasrani meyakini adanya Tuhan yang satu (Yahudi dan Nasrani yg masih murni), namun Islam sebagai agama penutuplah yang harusnya diakui sebagai risalah kebenaran terakhir. Diceritakan tentang kisah Heraclius / Kaisar Romawi yang menerima surat ajakan untuk meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang seharusnya menjadi satu-satunya Dzat yang diibadahi. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengawali surat tersebut dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, lalu dilanjutkan dengan bahasa yang santun. Heraclius pada dasarnya tersentuh dengan isi surat tersebut, bahkan ia hampir saja bersyahadat saat itu juga. Namun karena gengsi ia tetap dengan keyakinannya.

Yang perlu digaris bawahi bahwa ajakan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar Kaisar Romawi tersebut meyakini Islam dilakukan dengan menjelaskan persamaan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menekankan perbedaan. Berbeda dengan kondisi Ummat saat ini yang saling berbantah-bantahan bahkan dengan sesama Kaum Muslimin. Seringkali sesama muslim berselisih tentang Fiqih, tentang pilihan organisasi dakwah, dan hal-hal lain yang tidak substansial. Kelak diakhirat kita tidak akan ditanya organisasi mana yang kamu ikuti.

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Terjemah Arti: Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir? Referensi: https://tafsirweb.com/1197-surat-ali-imran-ayat-65.html


Ayat 65 diatas bercerita tentang perselisihan Kaum Yahudi dan Nasrani tentang Nabi Ibrahim. Kaum Yahudi mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Yahudi, sementara Kaum Nasrani mengatakan bahwa Nabi Ibrahim beragama Nasrani. Padahal, baik kitab Taurat maupun Injil diturunkan justru setelah wafatnya Nabi Ibrahim. Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan pada ayat berikutnya 

هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 
Terjemah Arti: Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui? Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. Referensi: https://tafsirweb.com/1198-surat-ali-imran-ayat-66.html

Bahwa dalam ayat 66, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyerukan agar tidak berbantah-bantahan tentang sesuatu yang tidak diketahui. Seperti halnya kaum Yahudi dan Nasrani dimasa lampau yang mendebatkan tentang keyakinan Nabi Ibrahim. Hal ini juga merupakan cerminan masyarakat hari ini yang banyak bicara tentang hal-hal yang tidak diketahuinya. Fokuslah pada satu hal hingga menjadi ahli dibidang tersebut. Yang maha mengetahui adalah Allah sementara kita tidak. "Jika kita menyerahkan suatu urusan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancuran".

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Terjemah Arti: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Referensi: https://tafsirweb.com/1199-surat-ali-imran-ayat-67.html

Lalu Allah menjawab dalam ayat selanjutnya (67), bahwa Nabi Ibrahim bukanlah Yahudi bukan pula Nasrani. Namun adalah seorang yang lurus dan berserah diri pada Allah. 

Refleksi:
*Bahwa keadaan ummat hari ini pada dasarnya telah terjadi pada masa-masa lampau. Yang sering terjadi hari ini adalah perbedaan yang dibesar-besarkan hingga menyebabkan konflik. Padahal, jika persamaan yang ditonjolkan maka semua akan sampai pada kebenaran hakiki. Provokator kerjanya mempertajam perbedaan. Maka mari gunakan logika untuk fokus pada apa-apa yang sama. 
**Lalu, catatan lain untuk diri sendiri untuk tidak sok pintar dalam berkomentar tentang hal yang kita tidak tahu asal asulnya. Katakan saja Wallahualam. Allah yang lebih mengetahui sementara kita manusia hanyalah makhluk lemah. Hikmah lain adalah, penting untuk mempelajari segala sesuatu dari yang ahlinya, apalagi dalam Ilmu Agama. Jika bukan ahli, lebih baik ndak ikut-ikutan komentar.
***Yuk utamakan yang sama, ndak usah merasa paling, paling baik, paling beriman, paling bagus organisasinya, dan paling-paling yang lain. Bismillah.  


Share:
Continue Reading →

Friday, September 13, 2019

Kenangan itu Romantis



Bagaimanapun, kenangan itu memang selalu romantis. Ia indah untuk dikenang, namun bisa membuat yang mengenang lupa jalan pulang. Sejak kemarin Indonesia tengah berduka karena kehilangan salah satu tokoh, sosok, dan Presiden yang banyak dicintai masyarakat Indonesia. Saya hampir tak bisa berkata apa-apa, sedih rasanya. Banyak versi cerita kebaikan yang beliau cetuskan disini dan disana. Banyak orang-orang, kawan-kawan saya yang saling bercerita tentang beliau. Ah, ya, saya merenung, kira-kira, besok ketika meninggal, kita akan dikenang sebagai apa?
Lalu, dari sekian banyak cerita kebaikan dari presiden kita ini. Apa hikmah yang kamu ambil dari kepergian beliau? 
Share:
Continue Reading →

Friday, September 6, 2019

Berlatih Bersembunyi

Dunia sudah semakin tua, semakin tu, dan semakin tua. Orang-orang tergoda untuk saling mengalahkan. Bahkan para insan yang menyebut dirinya insan akademispun juga ikut andil dalam perlombaan tersebut. Berlomba-lomba memaerkan prestasi penelitian, prestasi karir, prestasi gaji, prestasi dalam berbagai kegiatan ini dan itu. Mungkin saya pun termasuk yang terjebak dalam fenomena ini. Merasa bangga dengan pencapaian yang tidak ada apa-apanya. Ah, mengapa yang kita tak bisa mencontoh Uwais Al Qarni yang doanya dikabulkan Allah. Uwais Al Qarni, tidak terkenal sama sekali di bumi, namun penduduk langit mengenalnya. Uwais Al Qarni, yang dengan ketulusan berbakti ia gendong sang ibu agar dapat menunaikan ibadah haji. Kita mungkin perlu berlatih bersembunyi dari tatapan-tatapan mata manusia, dari pendengaran-pendengaran manusia, dari pujian-pujian manusia. Karena sungguh bukanlah itu yang akan mengantarkan kita ke surga, melainkan kasih sayang Allah.
Share:
Continue Reading →

Ketakutan yang datang dan pergi

Hari-hari dengan tesis sudah berlalu, meski salah satu dosen masih meminta revisi setelah proses cetak, tapi hari setelah tanggal 30 agustus itu terasa lebih ringan. Bahagia memang, namun setelah itu, ketakutan adalah hal yang kadang-kadang datang hinggap dalam pikiran.

Banyak ketakutan yang setelah ku renungi membutuhkan jawaban dengan perilaku nyata. Ketakutan bahwa jangan-jangan nikmat yang selama ini Allah beri dalam hidup saya bukanlah karena Allah sayang dan mencintai saya, tetapi justru sebaliknya. Saya takut bahwa saya termasuk dalam golongan yang istidraj dimana nikmat Allah terus mengalir namun ibadah saya hanya begitu-begitu saja. Saya takut, karena sungguh hablumminallah dan hablumminannaas yang saya lakukan belumlah apa-apa.

Lalu tentang cinta, tak bisa dipungkiri memang berlalunya tesis membuatku berpikir soal pernikahan. Lalu segala puji bagi Allah yang masih memberi kesadaran pada saya bahwa sungguh cinta pada manusia adalah semu. Kita kadang mati-matian ingin meraih hati manusia yang kita "kagumi", hingga kita lupa meraih cinta Allah sebagai dzat pemberi rasa cinta. Terkadang kita mati-matian meraih perhatian manusia hingga kita lupa berusaha merah ridho Ilahi. Syaitan sungguh dengan sangat halus merasuki relung-relung hati manusia untuk berusaha mendapat perhatian manusia lainnya, entah lewat foto di profil WA, atau lewat tulisan-tulisan dalam status. Wallahualam. Semoga kita terhindari dari sifat membanggakan diri. 

Ah ya, dunia sungguh semu. Lama ku merenung. Perkara perasaan, cinta, jodoh, dan pernikahan, biarlah Allah menentukan bagaimana jalannya. Sementara ini, biarlah ku berusaha meraih cinta Allah dulu.

Siapapun kamu yang nantinya hidup berdampingan dengan saya, semoga saat ini kamu sering berada dalam taman-taman syurga di dunia (majelis ilmu). Semoga kamu memiliki visi membangun keluarga yang mencintai Alquran dan ilmu pengetahuan. Dan, semoga kamu adalah laki-laki yang menyayangi keluargamu sendiri dan nantinya juga keluargaku. Jangan mencariku dalam dunia maya, tapi beranikan dirimu menemui waliku. Jangan menilaiku dari sosmed belaka, karena itu hanyalah sebagian kecil dari realita hidupku. Bismillah. Semoga usia 29ku esok lebih bermakna, dan lebih bermanfaat. Aamiin....
Share:
Continue Reading →