Beberapa edisi lalu saya pernah menulis tentang Ibunda Khadijah radiallahu anha, wanita yang seharusnya menjadi role model untuk diteladani muslimah zaman now. Pekan ini juga saya membaca tentang kisah Asiyah yang dijuluki Sang Mawar dari Gurun Fir’aun, keteladanan beliau menghadapi kesombongan Fir’aun adalah kisah yang sudah tersebar diseantero dunia. Lalu, pagi ini saya sekilas mendengar kisah Ummu Umarah dari sepenggal video salah satu ustad kondang Indonesia. Lalu yang terlintas dalam benak ini adalah; posisi muslimah saat ini ada dimana?
Tantangan wanita muslimah dizaman Rasulullah adalah tantangan yang jelas terlihat dan menjadi musuh bersama kaum muslimin. Jika telah sampai waktunya maka perang adalah pilihan terakhir yang dilakukan ummat saat itu. Musuhnya jelas, kaum kafir. Perjuangannya jelas, melalui perang. Maka salah satu komitmen wanita muslimah saat itu adalah maju ke medan perang seperti halnya yang di lakukan Ummu Umarah. Beliau dijuluki perisai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena kegigihannya melindungi Rasulullah dari sayatan pedang musuh.
Musuh kaum muslimin yang dihadapi saat ini sangat beragam, terjadi pada saat yang bersamaan. Perang bergejolak diberbagai tempat, kristenisasi terjadi dalam cara-cara terselubung, dan yang paling berbahaya adalah perang pemikiran yang tanpa disadari masuk ke relung-relung pemikiran muslimah zaman now. Ya, perang pemikiran dengan cara yang sangat halus, merasuk melalui saluran-saluran media. Muslimah disibukkan dengan urusan material mempercantik diri tanpa mengasah akal dengan ilmu. Muslimah disibukkan diri dengan menikmati sajian atau tayangan membahagiakan namun melalaikan waktu untuk berbuat kebaikan. Muslimah disibukkan mengejar bertambahnya harta namun melalaikan ketahanan keluarga.
Ya, muslimah zaman now, tantangannya banyak, terjadi dalam berbagai cara, melalui cara terselubung yang tidak disadari.
Lalu, posisi kita saat ini dimana? Sudahkah kita membekali diri dan keluarga untuk tetap istiqomah berada dijalan menuju Ridho Allah subhanahu wata’ala semata tanpa tergiur dengan materi yang semu? Sudahkah kita sibuk memantaskan diri untuk berada di sisi Rabb kita daripada sibuk memantaskan diri untuk pujian manusia?
Jika belum, masih ada waktu, karena tak ada kata terlambat untuk mendekat pada Dzat yang mencipta. Kita maunya masuk surga kan?
0 komentar:
Post a Comment