Thursday, November 15, 2018

Memenangkan hati

“Orang tua selalu menginginkan anaknya bahagia”. Begitulah salah satu kalimat ibu ketika kami berbincang melalui telepon beberapa hari lalu. Diam-diam nafas ini seperti berhenti, lalu hening seketika dalam beberapa saat. Saya dan ibu memang tak pandai mengungkap rasa dengan kata, tapi hati kami terpaut melalui doa-doa yang selalu diijabah Ilahi. Berupa permohonan kesehatan masing-masing, kesempatan untuk hidup, dan Insya Allah doa untuk  bertemu di Surga-Nya kelak. Lima belas tahun hidup di bawah atap yang sama dan hampir lima belas tahun juga hidup diperantauan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk melatih diri tentang jarak dan kuatnya ikatan batin ibu dan anak. Bukankah sejauh apapun jarak, yang ditakdirkan bersama akan bersama? Pun juga merantau, sejauh apapun pergi, bukankah tempat kembali adalah keridhoaan hati seorang ibu?  

Jika ditanya soal ridho, kira-kira hati siapakah yang akan kamu menangkan pertama kali dalam hidupmu? Banyak yang menjawab ingin memenangkan hati orang tuanya namun fakta yang terjadi adalah sebaliknya. Kebanyakan anak justru hanya memenangkan hatinya sendiri dan meminta orang lain untuk mengalah. Padahal yang terjadi pada orang tua adalah sebaliknya, selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, selalu berusaha ridho agar anaknya bahagia, agar anaknya tidak sengsara. Ah ya, kita manusia, kadang-kadang lupa pada rahim siapa kita dititipkan, lewat buaian siapa kami dibesarkan, dari tetesan keringat siapa kita bisa melewati hari demi hari takdir hidup Ilahi. Manusia, manusia, manusia, memang tempatnya hilaf dan lupa. Tapi bukankah kasih sayang orang tua tidak pernah berkurang sedikitpun?.

Mari menangkan hati Ibumu, karena sungguh merekalah sumber kebahagiaan itu. Ridho Allah adalah ridho orang tua. Bukankah memang hidup adalah soal membuat hati manusia berbahagia.  Bukankah memang hidup adalah untuk bermanfaat untuk orang lain? Mari memulai bahagia dengan membuat bahagia hati orang tuamu, hati ibumu. Sangat sering kita temui, banyak yang menebar kebaikan pada orang kebanyakan tapi lupa memberi kabar pada orang tuanya. Banyak kita temui orang-orang yang “terlihat sholih dengan ibadahnya” namun menyakiti hati ibunya. Padahal Rasulullah telah mengisyaratkan untuk memuliakan ibumu, ibumu, ibumu.  

Lalu pada akhirnya, jika berbahagia dalam jarak berdekatan dengannya masih belum bisa kamu lakukan, ada cara lain yang juga dapat melegakan hatinya. Teleponlah ibumu, sampaikan apa saja, berceritalah tentang hidupmu, sunggu cerita itu adalah penawar rasa rindu. Berbahagia itu mudah, bukan semata-mata soal materi melimpah, tapi bercerita dengan ibumu tentang renyahnya hidup itu sudah lebih dari cukup untuk saling membahagiakan. Bukan begitu? Heheh, ya begitu bukan? *Anyway, kelak bukan hanya hati ibumu yang perlu kamu menangkan, tapi juga ibu suamimu. Karena Ibunya adalah ibumu.
Share:
Continue Reading →

Wednesday, November 14, 2018

Edisi Jum’at_KuMenulis: Sekilas tentang Air

Isu lingkungan saat ini telah menjadi masalah diseluruh dunia, bahkan kesepakatan pembangunan lingkungan melalui SDGs menempatkan tersedianya air bersih sebagai isu krusial yang harus dituntaskan. Tentu krusial, sebab air adalah sumber kehidupan manusia. Kita bisa saja hidup sehari, dua hari, atau bahkan sebulan tanpa gadget. Tapi bisakah kita hidup tanpa air? Jawabnya;  adalah sulit bertahan hidup tanpa adanya air dimuka bumi ini. 

Kajian komunikasi pembangunan salah satunya berfokus pada pengelolaan air yang berkelanjutan. Artinya, penggunaan air hari ini harus memperhatikan ketersediaan air dimasa depan. Sumber air, khususnya di Indonesia melimpah, tetapi jika tidak dikelola dengan baik, ketersediaan air dimasa depan bisa saja terancam. Salah satu sumber air yang sering tidak diperhatikan kebersihannya adalah sungai.Sungai pada masa lampau adalah sumber air utama bagi masyarakat. Rata-rata aktivitas menggunakan air dilakukan di sungai, mencuci baju, cuci piring, bahkan untuk mandipun, orang-orang zaman baheula menggunakan air sungai. Lambat laun, kualitas air sungai mulai menurun seiring semakin banyaknya penduduk yang menyebabkan tingkat aktivitas menjadi padat. Sungai beralih fungsi menjadi tempat sampah raksasa untuk pembuangan segala jenis limbah. Baik limbah industri, rumah tangga, maupun limbah dari aktivitas medis.

Alih fungsi sungai menjadi tempat sampah raksasa tersebut baru disadari menimbulkan bencana seperti banjir atau ancaman kesehatan berupa menyebarnya penyakit diare pada masyarakat di sempadan sungai. Jika hal ini tidak diantisipasi, tentunya keberlanjutan kehidupan manusia bisa saja terancam.  Lalu, bagaimanakah memulai? 

Komunikasi pembangunan adalah salah satu bidang ilmu yang mengkaji tentang manusia dan lingkungan. Salah satu ahli dibidang ini adalah Robert Cox melalui teori komunikasi lingkungan yang ia tuangkan dalam buku Environmental Communication and The Public Sphere. Pada intinya, manusia dan alam memiliki interaksi kuat yang saling berkaitan. Jika perilaku lingkungan seseorang baik, maka baik juga kualitas lingkungan. Sebaliknya. Buruknya lingkungan adalah gambaran buruknya perilaku manusia. 

Dalam kitab suci umat Islam (Al-Qur’an) telah banyak diberitakan tentang air. Kawan cobalah cek di QS.41:39, QS.50:11, QS.45:5, QS.2:164, QS.22:5, QS.30:24, QS.11:7 dan masih banyak ayat-ayat lain. Jika ditelaah dengan Tafsirnya, jelaslah akan memberikan makna yang lebih dalam. Masalah lingkungan yang terjadi saat ini disebabkan perilaku kita yang tidak ramah lingkungan, karena kita tidak menyadari bahwa lingkungan adalah ciptaan Allah yang harus kita jaga, kita manfaatkan dengan arif dan bijaksana.
Share:
Continue Reading →

Temui Aku Saat

Ada salah satu scene dalam film Bohemian Rhapsody dengan pesan yang bagi saya cukup kuat untuk direnungi. Seorang kawan Freddie Mercury, vokalis band ternama Queen berkata “temui aku saat kau telah mencintai dirimu sendiri”. Kalimat itu diucapkan pada Freddie yang sedang dalam pergolakan batin atas beberapa kejadian yang menimpa hidupnya. Dan, saya tertegun menyaksikan percakapan di film itu, bukankah memang penting untuk mencintai diri sendiri?

Ya, mencintai diri sendiri berarti mensyukuri penciptaan Tuhan. Mencintai diri sendiri berarti menerima segala kelebihan dan kekurangan pada diri. Mencintai diri sendiri itu penting, karena dengan mencintai diri sendiri, akan mudah bagi kita mencintai orang lain. Mencintai diri sendiri berarti siap menerima saran dan kritik orang lain, karena nyatanya kita adalah manusia yang selalu punya kekurangan, tidak sempurna. Maka cintailah dirimu agar semesta ikut mencintaimu.

Anyway, sudahkah kita bersyukur hari ini? atas segala bentuk fisik yang telah Tuhan berikan pada kita, atas segala materi yang kita punya, atas segala kenikmatan berada disekitar orang-orang yang kita sayangi, bahkan atas perasaan yang Tuhan titipkan untuk kita? Jika belum, mungkin kita perlu merenung kembali; bahwa mencintai diri sendiri adalah awal yang baik agar kita dapat mencintai orang lain, dan agar orang lainpun dapat mencintai kita. Mari sebarkan cinta dan kedamaian.
Share:
Continue Reading →

Bahasamu, Cerminan Hidupmu

Masih ingat pelajaran Bahasa? Bahasa apapun; Indonesia, Arab, atau Inggris, adalah subjek yang diajarkan secara formal sejak seseorang duduk di bangku SD. Bahkan secara informal, bahasa telah menjadi sinyal bagi manusia dalam berinteraksi. Konon bahasa itu sudah terbentuk sejak manusia berada dalam kandungan ibunya. Saking terlalu sering diajarkan dan digunakan, kadang-kadang banyak orang yang lupa tentang esensi penggunaan bahasa. Ada yang menjadikan bahasa hanya sebatas alat untuk terhubung dengan orang lain, ada juga yang memaknai bahasa lebih dari itu; bahwa bahasa adalah cerminan hidup. Mengubah bahasa berarti juga mengubah hidup. Mari mulai berkaca diri, kira-kira, kawan-kawan termasuk yang mana?
--------
Well. Masih adakah yang ingat sepatah dua kata atau kalimat kalimat positif yang dulu pernah diucapkan orang-orang disekitarnya? Mungkin ada yang masih ingat ungkapan Ibu atau Bapak yang seperti ini, "anakku sayang", "pinter anak ibu", "kamu pasti bisa", "ayo terus berusaha", dan ungkapan-ungkapan lain yang selanjutnya memberikan dampak positif dalam kehidupannya. Ya, anak yang tumbuh dengan lingkungan bahasa positif akan menjadi anak yang mudah menghargai karena iapun diperlakukan demikian. Sementara anak yang tumbuh dengan lingkungan bahasa yang seringkai bermakna negatif juga akan tumbuh menjadi anak yang kurang menghargai. Bahkan bisa jadi, bahasa negatif yang sering didengarkan seseorang sejak ia kecil hingga saat ini masih menyisakan luka batin yang mendalam.

Sebut saja anak yang sering mendengar orang tuanya melarang segala hal yang ingin ia lakukan. Adalah kata jangan, jangan, dan jangan, sebuah kata magic yang tidak kita sadari tertanam dalam alam bawah sadar seseorang untuk tidak melakukan ini, jangan melakukan itu, serta banyak jangan jangan yang lain. Kalimat larangan hanya akan mematikan kreatifitas seorang anak, mematikan kepercayaan dirinya, hingga akhirnya sulit menentukan pilihan hidup karena takut berbuat kesalahan. Jika begini, apa ia kita perlu kembali ke masa kecil untuk berbahasa dengan baik dan benar? Tentu saja tidak bukan?

Menjelaskan makna bahasa tidak akan cukup dengan satu dua paragraf. Tapi paling tidak, sekilas tulisan ini dapat menjadi pengingat agar hati-hati dalam berbahasa. Mengubah bahasa berarti mengubah hidupmu. Mari mulai berbenah. Mari mulai berbahasa yang positif dan tidak meninggalkan luka.  Bahasamu, Cerminan Hidupmu. 
Share:
Continue Reading →