Sunday, April 8, 2018

Mengapa saya Tarbiyah (3)

Sebelum berpanjang dan lebar, catatan penting dalam tulisan ini tentang penggunaan kata tarbiyah, bukanlah berdasarkan definisi bahasa arab atau definisi istilah berdasarkan literatur-literatur ilmiah. Tarbiyah dalam hal ini adalah apa yang saya alami, yang saya ikuti, yang saya jalani. Deal Ya

What Else?
Banyak sekali jika saya harus mendeskripsikan satu persatu manfaat apa yang sudah saya rasakan sejak pertama kali ikut tarbiyah. Untuk duka, sepertinya hampir tidak ada duka yang saya rasakan ketika ikut tarbiyah. Mungkin yang berat itu konsistensi ya. Sekedar sharing saja, biasanya yang menjadi tantangan tarbiyah itu adalah rasa malas. Biasanya karena alasan lokasi yang jauh. Hujan. Panas. Becek. Gak punya payung. Dan segala macamnya yang pada dasarnya masih bisa diupayakan. Jauh? Ya memang itu salah satu ujian, yang indah-indah itu butuh perjuangan. Hujan, panas, dan gak ada payung? Pinjam punya teman. Kalau alasannya adalah malas. Ya wassalam saja. Banyak-banyaklah beristigfar. Astagfirullah.

Tarbiyah itu selaras dan tidak hanya membahas soal individu saja. Penekanan utama dalam tarbiyah adalah bagaimana merubah diri sendiri. Namun, tarbiyah juga membangun kepedulian terhadap ummat. Kita tidak mau masuk surga sendirian, bukan?

Kalau diuraikan berdasarkan pemahaman (saya), mungkin skemanya begini ya. Tarbiyah merupakan salah satu sarana untuk belajar tentang islam secara lebih mendalam. Pemahaman tentang islam yang baik akan terinternalisasi kedalam diri kita secara individu dan berujung pada kesadaran untuk merubah perilaku sesuai dengan nilai-nilai islam. Tentunya perilaku ini tidak hanya akan berefek pada level invidu semata, tetapi juga akan membawa pengaruh pada lingkungan yang lebih luas seperti keluarga, masyarakat sekitar, bahkan memberikan pengaruh pada masyarakat global. Jika skema ini berjalan dengan baik dan terus menerus. Maka yakinlah bahwa kejayaan islam akan mudah diraih. Oh ya, Kejayaan islam bukan berarti meniadakan kepercayaan yang lain. Islam itu damai dan mendamaikan. Islam itu menghargai perbedaan dengan cara yang bijak. Islam itu menangungi. Jangan takut dengan islam.

Sudah ya, banyak sekali kalau mau merumuskan dan menjelaskan tentang tarbiyah. Sepertinya tidak akan cukup dalam tiga edisi. Butuh berhalaman-halaman kalimat untuk mendeskripsikan mengapa saya memilih tarbiyah, haha. Mungkin sebagai closing statement; dunia saat ini sepertinya sudah mau kiamat ya, hiruk pikuk dunia semakin menjadi. Orang-orang sibuk dengan mengejar prestasi dunia namun lupa kemana jalan pulang dan kepada apa ia akan kembali. Orang-orang saat ini sibuk dengan memperkaya diri, dan tak ingat bahwa banyak masyarakat miskin yang perlu di santuni. Orang - orang mungkin lupa bahwa kebahagiaan hakiki adalah ketika dapat melihat wajah Allah di surga nanti. Ya, dunia semakin parah, masalah sosial merajalela. Siapa lagi yang akan memperbaiki kalau bukan kita? Tarbiyahlah, karena memperbaiki diri sendiri berarti kita sedang memperbaiki ummat.
Tuuu kan banyak nulisnya. Intinya begitulah pokoknya. Mari jadikan tarbiyah sebagai jalan hidup.

Sudah ya.
Semoga kita bertemu di ruang yang nyata
[Ega]
Share:
Continue Reading →

Mengapa saya Tarbiyah (2)

Sebelum berpanjang dan lebar, catatan penting dalam tulisan ini tentang penggunaan kata tarbiyah, bukanlah berdasarkan definisi bahasa arab atau definisi istilah berdasarkan literatur-literatur ilmiah. Tarbiyah dalam hal ini adalah apa yang saya alami, yang saya ikuti, yang saya jalani. Deal Ya

Tarbiyah dan Perubahan Sosial; Judulnya Kok Berat Ya
Oke. Dari sekian cara belajar yang pernah saya ikuti, dari sekian komunitas yang pernah saya masuki, semua menawarkan kebaikan. Semua menawarkan kejayaan islam. Tapi wallahu’alam. Yang tidak pernah bisa saya lupakan adalah gerakan Tarbiyah ini. Saya tidak memungkiri bahwa dari Tarbiyahlah saya menyadari pentingnya mempelajari islam. Dari Tarbiyah juga saya mulai sedikit demi sedikit menghafal Alqur’an. Tarbiyah mengajarkan saya tentang pentingnya merubah diri sendiri dulu sebelum berupaya merubah orang lain. Mengapa saya memilih tarbiyah juga sesuai dengan teori-teori ilmu sosial yang saya pelajari di sekolah-sekolah dan bangku kuliah. Bahwa perubahan (red-perubahan sosial) itu memiliki level tertentu dan salah satunya dimulai dengan merubah perilaku indvividunya (Individual Behavior). Lebih jelasnya, suatu saat akan saya jelaskan dari perspektif teori komunikasi inovasi ya, kebetulan tesis saya tentang itu.

Apa benar tarbiyah dapat merubah perilaku individu dan akhirnya dapat merubah masyarakat?
Well, Tarbiyah, dalam praktik yang saya ikuti adalah berkumpulnya beberapa orang (biasanya 5 sampai 10 orang) untuk sama-sama belajar tentang islam. Materi diskusi disampaikan oleh salah seorang ustazah/ustadz. Btw, Kelompok tarbiyah itu terpisah, kelompok laki-laki akan dibimbing oleh ustadz, dan untuk kelompok perempuan akan dibina oleh ustadzah. Pertemuan diadakan setiap pekan dengan materi yang berbeda namun continue. Arti continue dalam hal ini adalah materinya bersambung dan memiliki tingkatan. Yang paling mendasar dan pertama kali diajarkan salah satunya tentang pentingnya menuntut ilmu agama. Jadi, agar aktivitas tarbiyah kita memiliki nilai dan bermakna, kita harus menyadari bahwa belajar ilmu islam itu adalah penting. Sehingga niat untuk ikut kelompok tarbiyahpun bukan sekedar ikut-ikutan tanpa alasan yang jelas. Tapi benar-benar dilandasi kesadaran bahwa menuntut ilmu itu penting dan wajib untuk setiap muslim dan muslimah.

Tarbiyah tidak sesaklek atau sekaku yang kadang-kadang dibayangkan oleh sebagian orang. Teman-teman yang tergabung dalam komunitas tarbiyahpun manusia biasa, bukan para dewi. Pembahasan yang dipelajari juga seputar kehidupan sehari-hari seperti aktivitas di sekolah, kampus, bagaimana memperbaiki hubungan dengan manusia, bagaimana memperbaiki hubungan dengan Allah, dan juga bagaimana seharusnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua. Iklim komunikasi yang dibangun saat pertemuan tarbiyah ini sangat cair. Setiap orang bisa saja menceritakan apapun masalahnya kedalam forum untuk dicarikan solusi bersama. Setiap orang bisa bertanya, dan setiap orangpun dapat dengan mudah memberikan pendapatnya.

Tarbiyah bagi saya pribadi adalah refleksi diri, dan proses dialog dengan saudara se kelompok tarbiyah. Refleksi dalam hal ini adalah bermuhasabah, apakah diri sudah menjalankan hal-hal yang dipelajari dalam tarbiyah atau jangan-jangan semua ilmu yang diperoleh hanya sambil lalu saja? Tarbiyah adalah sarana berdialog dengan sesama saudara. Saling mengingatkan dan saling berbagi pengetahuan. Tarbiyah, adalah momentum untuk menyirami hati yang gersang setelah selama enam hari sebelumnya disibukkan dengan urusan-urusan yang mengeluarkan banyak energi dan menguras emosi.

Menghadiri pertemuan Tarbiyah bagi saya adalah jeda mengistirahatkan hati dari hiruk pikuk dunia. Untuk menata langkah yang mungkin sempat goyah. Untuk mengembalikan energi positif yang hampir habis selama satu pekan. Tarbiyah adalah sarana perekat hati atas nama islam. Sarana untuk melembutkan hati dari keegoisan. Tarbiyah adalah jembatan perekat ukhuwah. Bukankah suatu kebahagiaan ketika kita bisa berbagi solusi pada saudara yang tengah dirundung masalah hidup? Bukankah suatu kesenangan hati ketika kita duduk dan saling berlapang dada dalam majelis tarbiyah tanpa ada yang merasa lebih pintar? Itulah yang dalam ilmu sosial kita sebut dengan humanis. Memanusiakan manusia, menghargai manusia, memperlakukan manusia selayaknya ia diperlakukan.

Tarbiyah juga sarana berlatih berbagai hal. Yang dulunya malu-malu untuk sekedar menyampaikan opini, menjadi tidak malu-malu. Tarbiyah memfasilitasi seseorang untuk belajar. Btw, dalam tarbiyah ada sesi kultum bergantian setiap pekan. Biasanya diambil dari buku-buku bacaan. Oh ya, katanya ada kesan kalau yang ikut tarbiyah itu kuno, gak seru, tempatnya pun dimasjid, gak bosen kah? Ya sebenarnya gak ada ketentuan pertemuan tarbiyah itu harus di masjid, kadang-kadang kami pindah lokasi juga di rumah fulanah, sesekali kami belajar di taman. Tarbiyah tidak sekaku yang dibayangkan orang-orang kebanyakan. Tarbiyah itu terbuka untuk semua kalangan. Teman-teman saya di tarbiyah tidak melulu anak kampus. Ada yang sudah kerja. Ada yang sedang mondok. Ada yang sedang S3. Ada yang sedang S1. Sangat bervariasi, karena memang perbedaan itu bukan halangan. Modal untuk ikut tarbiyah itu tidak banyak. Cukup niat yang kuat dan just do it.

Continue: http://megaflasinta.blogspot.com/2018/04/mengapa-saya-tarbiyah-3.html
Share:
Continue Reading →

Mengapa Saya Tarbiyah (1)?

Sebelum berpanjang dan lebar, penggunaan kata tarbiyah, bukanlah berdasarkan definisi bahasa arab atau definisi istilah berdasarkan literatur-literatur ilmiah. Tarbiyah dalam hal ini adalah apa yang saya alami, yang saya ikuti, yang saya jalani. Deal Ya

Sudah lama saya mengenal Tarbiyah. Kalau tidak salah ingat, sudah sejak tahun 2006/2007. Saat saya sedang manis-manisnya duduk di bangku SMA. Aha ya, tepatnya saat kelas 2 SMA. Saya pertama kali ikut tarbiyah karena sekedar tertarik begitu saja. Tidak dipungkiri, kakak saya adalah pelopor dalam keluarga kami yang lebih intens belajar tentang islam. Maklum, Ayah dan Ibu saya bukanlah dari kalangan ulama atau ustadz. Keluarga kami adalah keluarga sederhana yang biasa-biasa saja. Yang menjalankan agama islam dengan biasa-biasa saja.

Ayah dan Ibu saya tidak mendorong anak-anaknya untuk memperdalam ilmu agama, karena memang pemahaman keluarga kami saat itu ya sangat terbatas. Yang penting kami menjalankan rukun iman dan rukun islam serta tidak melakukan larangan-larangan agama seperti meminum alkhohol, tidak solat, atau ikut-ikutan dalam pergaulan bebas ala anak muda zaman sekarang. Orang tua saya hanya menekankan untuk terus belajar dan menuntut ilmu (SD-SMP-SMA-S1-S2 dan seterusnya, xixixi), serta jangan pernah takut untuk merantau. Makannya sampai sekarangpun saya masih hidup diperantauan. Haha.

Well. Saya mulai sedikit-sedikit belajar tentang islam dari kakak saya. Ia mengenalkan banyak gerakan yang sama-sama berjuang untuk islam. Ada banyak gerakan islam yang sama-sama berkonsentrasi untuk memberikan pemahaman tentang islam kepada masyarakat. Semua memiliki tujuan yang sama, untuk kejayaan islam, meskipun cara yang di tempuh adalah saling berbeda.
Ada yang mengenalkan islam melalui isu-isu khilafahnya. Ada yang mengenalkan islam melalui komunitas Liqonya, ada yang melalui ta’lim-ta’limnya, dan ada juga melalui gerakan tarbiyahnya. Beberapa diantaranya pernah saya ikuti, mulai dari gerakan pelajar islam, gerakan mahasiswa islam, sempat bergabung dalam kajian isu-isu khilafah, pernah juga dengan teman-teman satu halaqah, dengan ta’lim, dan yang terakhir adalah dengan gerakan Tarbiyah.

Singkat cerita, meskipun saya sudah -ter tarbiyah- sejak SMA, ternyata konsistensi itu berat, Dilan saja mungkin tak akan sanggup, haha. Hanya orang-orang terpilih yang bisa konsisten dengan yang namanya tarbiyah. Saya berpindah dari Luwuk ke Semarang, dari Semarang ke Jogja, dan dari Jogja ke Bogor, (dan setelah dari Bogor entah kemana lagi). Tempat saya belajar islampun berpindah-pindah. Namanya juga ababil dan galau, sukanya yang berbeda. Sukanya adalah coba-coba. Termasuk dalam mencari tempat untuk belajar agama. Astagfirullah, bagian ini jangan di tiru ya, konsisten itu perlu. 

Continue: http://megaflasinta.blogspot.co.id/2018/04/mengapa-saya-tarbiyah-2.html
Share:
Continue Reading →