Bismillah, hola wan kawan. Selamat datang di blog aku ya, semoga tulisan-tulisan disini bermanfaat.
Tulisan kali ini berisi cerita pengalamanku mendapatkan beasiswa LPDP. Mulai dari pencarian informasi awal hingga akhirnya aku dinyatakan lulus sebagai Awardee LPDP waktu itu, 2015. FYI, aku tuh lulus S1 dipertengahan 2014, sembari mengubek-ubek informasi beasiswa, aku aktif bekerja sebagai relawan di salah satu LSM Perempuan di Yogyakarta.
Setelah aku diwisuda, orang tuaku saat itu berharap dan agak sedikit memaksaku untuk pulang kampung (di Sulawesi Tengah) tapi berkat lobi-lobi tingkat tinggi, akhirnya mereka luluh juga dan mengizinkanku untuk lanjut S2, dengan catatan *mereka tidak akan membiayai perkualiahan tersebut. It's okey lah ya, asal mimpi S2ku dan kemudian menjadi dosen bisa selangkah lebih dekat, aku akan berusaha, tekadku kala itu.
Bermodalkan internet, mulailah kucari informasi beasiswa yg rata-raya saat itu bersyaratkan kemampuan english minimal 500 TOEFL ITP. What? Aduh, gimana nih, bahasa inggrisku kan jelek (gumamku dalam hati). Tapi tekadku sudah bulat, maka penghasilanku sebagai asisten wakil dekan saat itu, dan tambahan penghasilan dari aktivitasku menjadi relawan di LSM ku kumpulkan untuk biaya mengikuti kursus bahasa inggris. Ditempat kursus aku bertemu banyak teman baru yg juga pemburu beasiswa. Kami sering bertukar cerita mulai dari beasiswa incaran sampai kampus idaman.
Informasi LPDP secara samar sudah pernah kudengar dari kakaku. Namun informasi tersebut semakin meyakinkan saat ditempat kursus aku bertemu seorang sahabat baik, Mba Fitri namanya, darinyalah aku mantap dan melangkah maju untuk mengincar beasiswa LPDP lewat jalur afirmasi daerah 3T. Tidak seperti beasiswa lainnya, beasiswa afirmasi LPDP tidak mensyaratkan nilai TOEFL yg tinggi. Ya karena anak daerah 3T perlu diprioritaskan, maka syarat TOEFLnya sedikit lebih rendah dibanding beasiswa LPDP dengan jalur reguler. Mulailah ku cari informasi lebih lanjut tentang beasiswa ini, dan semua atas kuasa Allah, syarat2 yg ditentukan saat itu masih bisa kuusahakan.
Setelah yakin akan bisa memenuhi persyaratan, mulailah ku bincangkan pada orang tuaku tentang beasiswa ini. Tentu mereka mendukung, namun dengan catatan cukup S2 di dalam negeri saja. Saat itu ambisiku adalah S2 di Australia, hoho, namun apalah daya, orang tua belum mengizinkan, maka dengan mengantongi restu mereka, ku putuskan maju berjuang untuk beasiswa dalam negeri lewat jalur afirmasi LPDP.
-----------
*bersambung di tulisan selanjutnya ya
0 komentar:
Post a Comment