Saturday, December 15, 2018

Saat Tesis Membuat Frustasi

Sejak kecil kita sudah dibiasakan bersemangat merajut cita-cita, bahkan katanya cita-cita itu harus diukir setinggi langit. Katanya juga, cita-cita itu harus tinggi, harus ideal, agar setiap kita memiliki motivasi untuk menggapainya.

Namun, hal yang dari dulu jarang diajarkan adalah bagaimana ketika cita-cita itu tidak berjalan sesuai rencana dan keinginan.

Padahal nyatanya, jalan hidup itu sungguh berliku. Ada cita yang terwujud mudah dan lancar seperti melewati jalan tol, tetapi yang sering terjadi adalah cita yang menemukan jalan berliku, melewati bebatuan, dan bahkan bisa-bisa membuat seseorang frustasi.

Well, soal Tesis. Tentunya kata ini hanya familiar bagi mereka yang sedang menjalani studi magister, terlebih yang sedang berada di semester akhir perkuliahan. Biasanya yang membuat lambat seorang magister tidak lulus-lulus itu bukan nilainya yang jelek, tetapi karena Tesisnya yang gak kelar-kelar.
Kamu salah satunya? Baiklah, tenangkan pikiranmu, karena yang bernasib demikian bukan hanya kamu, ada ratusan bahkan jutaan orang yang mengalami hal serupa. Berbesar hatilah, dan beberapa tips berikut semoga menjadi penyemangatmu.

Tesis bukan segalanya, 

tapi menjadi bagian dari tanggung jawab
Banyak mahasiswa frustasi karena tesisnya tak kunjung selesai. Bahkan ada yang memilih cuti dan tidak melanjutkan kuliahnya . Jika kamu termasuk yang berpikir demikian, sebaiknya pertimbangkan kembali waktu yang sudah dihabiskan untuk memulai studi S2, apa gak sayang ditinggal cuti? kan sebentar lagi selesai!!!. Apalagi alasan cutinya karena sudah bosan, sudah lelah, dan merasa tidak punya harapan lagi pada Tesis yang belum juga selesai itu. Pikirkan lagi. Jika tidak ada alasan kuat untukmu memilih cuti atau berhenti, maju terus dan tetap optimis. Tesis akan selesai pada waktunya.

Finansial Sudah Tidak Memadai
Keuangan yang semakin menipis kadang menjadi faktor yang menyurutkan langkah . Tapi kondisi kritis ini tidak akan menggoyahkan mereka yang punya tekad kuat menyelesaikan tanggungjawab. Banyak jalan menuju roma, banyak juga sumber keuangan untuk hidup, jika kita mau mencarinya.  Tips untuk  menyelesaikan masalah ini adalah  temukan sumber dana dari lembagapemberi beasiswa, atau yang lebih menantang lagi adalah memulai kerja freelance, memberdayakan keterampilan yang kamu miliki.

Tetap Jaga Keseimbangan Hidup

Tesis memang harus diperhatikan, tapi kesehatan jiwa dan ragamua lebih penting. Lembur hingga larut malam memang baik agar progress tesismu menunjukkan hasil maksimal dalam waktu yang lebih cepat. Tapi pola hidup yang tidak teratur justru akan menciptakan kondisi yang tidak sehat. Tetap jaga pola makan dan pola tidur. Kedua hal ini justru dapat memaksimalkan kekuatan berpikirmu untuk mengerjakan tesis meski dengan waktu yang lebih sedikit.

Mengatasi Kendala Tak Terduga  
Jika salah satu faktor yang membuat tesismu terhenti adalah faktor eksternal diluar kendalimu, upaya ekstra perlu kamu lakukan. Pahami dengan jelas masalahmu, sharing dengan teman seperjuanganmu. Beberapa faktor diluar kendali misalnya; dapat pembimbing yang perfeksionis dan memasang standar tinggi bagi mahasiswanya, dapat pemmbimbing yang sibuk karena beliau sering ke luar kota, dapat pembimbing yang baperan dan perlu dibawakan sesajen (bukan arti sebenarnya) setiap kali bimbingan, dan hal-hal lain yang sulit untuk kamu kendalikan. Solusinya, perbanyak doa dan tetap maksimalkan usaha, jangan sampai menjual integritasmu.

Tesis adalah bagian dari tanggungjawab hidup, hanya butuh usaha konsisten dan tekad kuat untuk tidak menyerah.

Ada pepatah, hidup itu ibarat kita mengayuh sepeda. Selama masih mengayuh, artinya kita akan tetap maju. Jalannya bisa saja lurus, namun tak jarang berliku, kita hanya butuh keseimbangan untuk terus bertahan.
Share:
Continue Reading →

Saturday, December 8, 2018

Edisi Jumatku Menulis: Menengok Kembali Wanita-Wanita Ahli Syurga

Beberapa edisi lalu saya pernah menulis tentang Ibunda Khadijah radiallahu anha, wanita yang seharusnya menjadi role model untuk diteladani muslimah zaman now. Pekan ini juga saya membaca tentang kisah Asiyah yang dijuluki Sang Mawar dari Gurun Fir’aun, keteladanan beliau menghadapi kesombongan Fir’aun adalah kisah yang sudah tersebar diseantero dunia. Lalu, pagi ini saya sekilas mendengar kisah Ummu Umarah dari sepenggal video salah satu ustad kondang Indonesia. Lalu yang terlintas dalam benak ini adalah; posisi muslimah saat ini ada dimana?

Tantangan wanita muslimah dizaman Rasulullah adalah tantangan yang jelas terlihat dan menjadi musuh bersama kaum muslimin. Jika telah sampai waktunya maka perang adalah pilihan terakhir yang dilakukan ummat saat itu. Musuhnya jelas, kaum kafir. Perjuangannya jelas, melalui perang. Maka salah satu komitmen wanita muslimah saat itu adalah maju ke medan perang seperti halnya yang di lakukan Ummu Umarah. Beliau dijuluki perisai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam karena kegigihannya melindungi Rasulullah dari sayatan pedang musuh.

Musuh kaum muslimin yang dihadapi saat ini sangat beragam, terjadi pada saat yang bersamaan. Perang bergejolak diberbagai tempat, kristenisasi terjadi dalam cara-cara terselubung, dan yang paling berbahaya adalah perang pemikiran yang tanpa disadari masuk ke relung-relung pemikiran muslimah zaman now. Ya, perang pemikiran dengan cara yang sangat halus, merasuk melalui saluran-saluran media. Muslimah disibukkan dengan urusan material mempercantik diri tanpa mengasah akal dengan ilmu. Muslimah disibukkan diri dengan menikmati sajian atau tayangan membahagiakan namun melalaikan waktu untuk berbuat kebaikan. Muslimah disibukkan mengejar bertambahnya harta namun melalaikan ketahanan keluarga.

Ya, muslimah zaman now, tantangannya banyak, terjadi dalam berbagai cara, melalui cara terselubung yang tidak disadari.

Lalu, posisi kita saat ini dimana? Sudahkah kita membekali diri dan keluarga untuk tetap istiqomah berada dijalan menuju Ridho Allah subhanahu wata’ala semata tanpa tergiur dengan materi yang semu? Sudahkah kita sibuk memantaskan diri untuk berada di sisi Rabb kita daripada sibuk memantaskan diri untuk pujian manusia?

Jika belum, masih ada waktu, karena tak ada kata terlambat untuk mendekat pada Dzat yang mencipta. Kita maunya masuk surga kan? 
Share:
Continue Reading →