Dalam membangun rumah tangga, tentunya masing-masing kita membutuhkan role model atau teladan yang patut dijadikan pijakan. Buku ini merupakan salah satu jawaban dari pertanyaan tentang “keluarga seperti apakah yang harus kita jadikan teladan?” Saya merekomendasikan buku ini karena berisi tentang kisah sehari-hari rumah tangga Nabi Muhammad SAW, sosok yang sudah seharusnya kita jadikan teladan dalam hal apapun. Gaya penulisan buku ini ringan dan mengalir. Membaca buku ini seperti halnya membaca sebuah novel. Membaca buku ini juga membuat saya berkali-kali berderai air mata karena penggambaran betapa indahnya kepribadian dan kehidupan keluarga Nabi Muhammad SAW. Buku ini seperti menjadi oase ditengah kerinduan pembaca akan sosok Nabi Muhammad SAW.
Buku ini adalah karya Dr. Nizar Abazhah, seorang doktor kelahiran Damaskus yang merupakan pakar di bidang sastra prancis dan sejarah Islam. Penulis memberi judul buku ini dengan sangat indah, yakni “Bilik-Bilik Cintah Muhammad SAW, kisah sehari-hari rumah tangga Nabi”. Buku ini merupakan terbitan Serambi pada tahun 2009, sudah sangat lama, namun saya merekomendasikannya karena isinya masih sangat relevan untuk dibaca hari ini.
Dr. Nizar Abazhah sang penulis menuturkan dengan sangat apik bagaimana Nabi Muhammad SAW menghadapi setiap permasalahan rumah tangga yang datang menghampiri ditengah aktivitas beliau yang padat. Buku ini juga mengisahkan setiap rumah yang pernah disinggahi dan ditinggali oleh Rasulullah sejak beliau masih kecil hingga didetik-detik akhir kehidupan beliau. Buku ini mengisahkan bagaimana cara Nabi berinteraksi dengan para sahabat beliau, bagaimana Nabi bergaul dengan anak kecil, hingga bagaimana Nabi mengayomi karakter istri beliau yang beragam karena berasal dari latar belakang sosial, geografi, dan juga emosional yang berbeda. Berikut adalah sedikit cuplikan dari apa yang ada dalam buku ini, yakni tentang sederhananya kehidupan Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau.
Rumah Nabi jauh sama sekali dari kesan kemewahan. Makanan seadanya, kamar, pakaian, dan alas tidur serba memprihatinkan. Bilik tinggal istri beliau berdiri dipinggiran masjid. Semua ada sembilan; empat diantaranya berfondasikan batu bata, sisanya berfondasikan batu gunung yang ditata. Atapnya yang terbawah terbuat dari lembaran pelepah kurma dengan ujung yang tidak rata dan dapat terjangkau tangan orang yang berdiri dibawahnya. Hasan Al Bashri anak dari Khayyarah, budak Ummu Salamah berkata “Tanganku dapat menjangkau atap bilik Nabi”.
Setiap rumah ada biliknya, terbuat dari rakitan kayu yang diikat. Beralaskan tanah tanpa diplester atau dikapur. Alas tidurnya adalah tikar kasar yang sempit. Aisyah menuturkan, “aku tidur di depan Rasulullah dengan dua kaki tepat di arah kiblatnya. Bila mau bersujud, beliau menyentuhku lalu kutekuk kakiku. Bilai beliau berdiri kuselonjorkan lagi.
Teman-reman yang baik, kisah diatas hanyalah sebagian kecil dari isi buku ini. Masih banyak kisah-kisah lain yang akan teman-teman temukan dengan membaca langsung buku ini. Selamat membangun keluarga, selamat membaca teman-teman, inilah kisah indah rumah cinta rasulullah, tempat setiap muslim belajar bagaimana mewujudkan rumahku surgaku. Bukan rumah yang bebas dari masalah, melainkan keluarga yang berhasil menyelesaikannya dengan indah. Bukan dengan kemewahan harta, melainkan dengan keluhuran akhlak, keagungan cinta dan kedalaman iman.
0 komentar:
Post a Comment