Wednesday, June 17, 2020

So, do you have a boy friend?

So, do you have a boyfriend? 
No i dont. 
Really? What a pity you are. 
Hahaha. Its okke laaa. Its not a big problem for me

Kira-kira satu bulan yang lalu, atau saya lupa tepatnya. Seorang kawan baik mengabari lewat telepon, tentang program bahasa yang ingin ia jalankan. Semacam short conversation for 30 minutes, in english, every week. Semacam angin segar buat saya karena lewat percakapan bahasa inggris itu tentunya saya dapat meningkatkan keterampilan bahasa asing yang saat ini masih terbatas alias masih standar banget :D. 
Saya tertarik, namun setelah menjalaninya hanya dalam satu kali, lebih tepatnya dalam percakapan pertama kami, saya menyerah, bukan karena percakapannya, tapi karena soal teknis yang selalu bikin saya gregetan. Ya. Soal sinyal sinyal dan sinyal. 

You know guys, for having call with a good enaugh signal i need to go to the beach in my village. There is no (such a nice place) *untuk sekedar duduk lalu menikmati percakapan selama 30 menit itu. Satu-satunya tempat yang memungkinkan adalah sebuah pohon berukuran sedang yang dapat dijadikan tempat berteduh dibawahnya. Namun sekalipun itu nyaman, can you imaging, akan banyak orang yang mengincar tempat tersebut saat memerlukan sinyal dan itu bagi saya sangat tidak aman dan nyaman. So finnaly, i choose not to join that program now, but if i was seattle in a strong signal place, i will. 

Jadi dua paragraf diatas hanya pengantar dalam tulisan ini, haha, intinya adalah salah satu pertanyaan kawan saya itu dalam percakapan kami. Do you have a boy friend?. Jelas jawabku adalah tidak, dan benar adanya bahwa i am a jomblowati (meskipun dalam penyebutan jomblo ini ada teman baikku yang tidak setuju, ia lebih memilih disebut sebagai single, ya apapun lah ya, asal substansinya jelas sih saya rasa tidak masalah). 

Jadi apa masih ada yang resah dengan status kejomblo(an/i)nya? Sini berkawan dengan saya. Insya Allah gak akan galau-galau, paling galaunya sesekali kok dan itu terselesaikan dengan elegan. Karena kita tahu kan tempat terbaik untuk curhat segala hal itu dimana. Paham kan? Jangan galau kalo gak punya pacar. Artinya kamu terselamatkan dari segala kemungkinan maksiat. Yang serius jelas dong ngajaknya nikah, bukan sekedar dekat-dekat doang apalagi diajak pacaran. Nauzubillah. Jaga diri ya kawan. Semua akan indah pada waktunya. 
Share:
Continue Reading →

Monday, June 8, 2020

Bilik-Bilik Cinta Muhammad SAW, Kisah Sehari-Hari rumah Tangga Nabi























Teman-teman yang baik, saya kira kita semua bersepakat bahwa keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama dan utama bagi seseorang untuk tumbuh dan berkembang. Meski tidak selamanya, namun banyak fakta menunjukkan bahwa seseorang yang hidup dengan nilai-nilai positif dalam keluargnya akan tumbuh menjadi pribadi yang juga memiliki karakter positif, begitu juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan sebuah arti bahwa betapa kuatnya relasi antara interaksi seseorang dalam keluarganya dengan kepribadian yang membentuk orang tersebut. 

Dalam membangun rumah tangga, tentunya masing-masing kita membutuhkan role model atau teladan yang patut dijadikan pijakan. Buku ini merupakan salah satu jawaban dari pertanyaan tentang “keluarga seperti apakah yang harus kita jadikan teladan?” Saya merekomendasikan buku ini karena berisi tentang kisah sehari-hari rumah tangga Nabi Muhammad SAW, sosok yang sudah seharusnya kita jadikan teladan dalam hal apapun. Gaya penulisan buku ini ringan dan mengalir. Membaca buku ini seperti halnya membaca sebuah novel. Membaca buku ini juga membuat saya berkali-kali berderai air mata karena penggambaran betapa indahnya kepribadian dan kehidupan keluarga Nabi Muhammad SAW. Buku ini seperti menjadi oase ditengah kerinduan pembaca akan sosok Nabi Muhammad SAW. 

Buku ini adalah karya Dr. Nizar Abazhah, seorang doktor kelahiran Damaskus yang merupakan pakar di bidang sastra prancis dan sejarah Islam. Penulis memberi judul buku ini dengan sangat indah, yakni “Bilik-Bilik Cintah Muhammad SAW, kisah sehari-hari rumah tangga Nabi”. Buku ini merupakan terbitan Serambi pada tahun 2009, sudah sangat lama, namun saya merekomendasikannya karena isinya masih sangat relevan untuk dibaca hari ini. 

Dr. Nizar Abazhah sang penulis menuturkan dengan sangat apik bagaimana Nabi Muhammad SAW menghadapi setiap permasalahan rumah tangga yang datang menghampiri ditengah aktivitas beliau yang padat. Buku ini juga mengisahkan setiap rumah yang pernah disinggahi dan ditinggali oleh Rasulullah sejak beliau masih kecil hingga didetik-detik akhir kehidupan beliau. Buku ini mengisahkan bagaimana cara Nabi berinteraksi dengan para sahabat beliau, bagaimana Nabi bergaul dengan anak kecil, hingga bagaimana Nabi mengayomi karakter istri beliau yang beragam karena berasal dari latar belakang sosial, geografi, dan juga emosional yang berbeda. Berikut adalah sedikit cuplikan dari apa yang ada dalam buku ini, yakni tentang sederhananya kehidupan Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau. 

Rumah Nabi jauh sama sekali dari kesan kemewahan. Makanan seadanya, kamar, pakaian, dan alas tidur serba memprihatinkan. Bilik tinggal istri beliau berdiri dipinggiran masjid. Semua ada sembilan; empat diantaranya berfondasikan batu bata, sisanya berfondasikan batu gunung yang ditata. Atapnya yang terbawah terbuat dari lembaran pelepah kurma dengan ujung yang tidak rata dan dapat terjangkau tangan orang yang berdiri dibawahnya. Hasan Al Bashri anak dari Khayyarah, budak Ummu Salamah berkata “Tanganku dapat menjangkau atap bilik Nabi”. 
 
Setiap rumah ada biliknya, terbuat dari rakitan kayu yang diikat. Beralaskan tanah tanpa diplester atau dikapur. Alas tidurnya adalah tikar kasar yang sempit. Aisyah menuturkan, “aku tidur di depan Rasulullah dengan dua kaki tepat di arah kiblatnya. Bila mau bersujud, beliau menyentuhku lalu kutekuk kakiku. Bilai beliau berdiri kuselonjorkan lagi. 

Teman-reman yang baik, kisah diatas hanyalah sebagian kecil dari isi buku ini. Masih banyak kisah-kisah lain yang akan teman-teman temukan dengan membaca langsung buku ini. Selamat membangun keluarga, selamat membaca teman-teman, inilah kisah indah rumah cinta rasulullah, tempat setiap muslim belajar bagaimana mewujudkan rumahku surgaku. Bukan rumah yang bebas dari masalah, melainkan keluarga yang berhasil menyelesaikannya dengan indah. Bukan  dengan kemewahan harta, melainkan dengan keluhuran akhlak, keagungan cinta dan kedalaman iman.  
Share:
Continue Reading →