Kata-kata, adalah hal yang sering kita dapati menjadi penyebab rusaknya hubungan. Ikatan saudara bisa retak sebab lisan yang tak terjaga, hubungan anak dan orang tua bisa renggang sebab lisan yang terkendali, pun bahtera rumah tangga bisa karam karena lisan tajam yang sering membuat luka. Berbagai cerita kudapati, sang suami berpaling dan menyeleweng dengan wanita lain sebab kupingnya tak sanggup lagi menampung tajamnya kata-kata istri. Begitulah cerita-cerita beredar bahwa lisan wanita yang tajam menusuk hati, membuat lelaki berpindah ke lain hati.
Lalu cukupkah sampai disitu? Jelas tidak, sebab perselingkuhan seringkali berujung pada perzinahan, hamil diluar nikah, tidak berhaknya anak tanpa pernikahan atas perwalian ayah biologisnya, dan jika akhirnya rumah tangga tak mampu dipertahankan, maka terjadilah perceraian. Kemudian anak yang tidak mendapat perhatian menanggung beban mental berkepanjangan, hingga ia remaja bahkan dewasa.
Banyak jenis kasus serupa, tentu akar masalahnya beragam. Tapi biarlah saya sedikit menulis tentang kata-kata, bahwa kata-katamu yang tajam itu mampu membuat luka, bahkan menjadi sebab hati sesama menjadi lara. Maka mulai saat ini, jaga, perbaiki, dan tahan lisanmu agar berkata yang baik-baik saja, yang lembut-lembut saja. Banyak cara mengekspresikan rasa, tidak harus lewat kata berbisa.
Lebih baik menahan lisan daripada mendapat masalah yang terus berkelindan. Tahan lisanmu dari berkata keji, sebab kelak ia akan bersaksi untuk apa ia kau gunakan. Maukah kau jika lisanmu bersaksi tentang perkataanmu yang buruk, sering memaki sesama, memaki tetangga, memaki saudara, menghina keluarga, atau membentak suami?. Kelak lisanmu akan bersaksi untuk apa ia kau gunakan. Untuk menggunjing tetangga kah, untuk memuji saudara kah, atau untuk bersilat lidah?.
Kata orang, luka sebab ditusuk belati cepat sembuhnya. Tapi tidak dengan luka yang tersebab kata. Ia menghantui perasaan, merusak jiwa, mengotori pikiran, lalu menjadi sebab seseorang terkubur dengan kebencian. Maukah kamu berkalang tanah dalam keadaan hati membenci atau dibenci? Tentu tidak, bukan?
Semoga kita tidak termasuk pemilik lisan yang rusak. Insya Allah kita senantiasa mendapat penjagaan akan lisan kita. Masih ada waktu untuk bertaubat pada Allah, masih ada waktu untuk meminta maaf pada mereka yang pernah tersakiti. Bismillah. Biiznillah. Tak ada kata terlambat untuk berbuat kebaikan.